Posted in

14 AKTIVIS GREENPEACE DITANGKAP DI CIREBON

thumbnailJakarta – Sebanyak 14 aktivis lingkungan dari Greenpeace Asia Tenggara ditangkap usai mengadakan acara penolakan terhadap operasi PLTU batubara Kanci di Desa Waruduwur, Mundu, Cirebon. Sampai hari Selasa (6/7) dinihari, keseluruhan aktivis masih ditahan di Polres Cirebon.

“Kami tidak melakukan demonstrasi, jadi tidak memerlukan ijin, bila itu yang diinginkan polisi,” ujar Findi Kenandarti, jurubicara Greenpeace Asia Tenggara, yang dihubungi ketika berada di Cirebon, Senin (5/7) tengah malam.

Jadi menurutnya, alasan polisi menangkap belasan aktivis yang tergabung dalam acara tersebut dianggap tidak wajar. Findi sendiri memaparkan kalau acara yang digelar berbagai aktivis lingkungan di Cirebon, sudah dilakukan sejak dua hari yang lalu. Hari terakhir ini, Senin (5/7) merupakan ahri terakhir dan ditutup dengan konferensi pers. Namun entah mengapa sekitar 30 – 50 polisi mengepung disekitar arena acara. Kejadian tersebut diperkirakan terjadi sekitara pukul 12 siang.

Acara itu sendiri bertujuan mendesak pemerintah untuk menghapuskan batubara dan mulai memfokuskan diri pada sumber energi bersih terbarukan. Pernyataan ini muncul di akhir pertemuan regional yang difasilitasi oleh Greenpeace, dihadiri oleh para pemuka masyarakat dari Indonesia, China, India, Filipina,dan Thailand di Cirebon, 3-5 Juli, untuk berbagi pengalaman danmenemukan keterkaitan dalam isu batubara.

“Dampak buruk pertambangan batubara dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara adalah sama di setiap negara, mulai dari kerusakan lingkungan, masalah kesehatan, serta mempercepat perubahan iklim,” kata Arif Fiyanto, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, yang juga turut ditangkap.

Sementara itu pada kesempatan yang sama Wencesclao Kiat, ahli limbah lingkungan dari Filipina menyatakan kalau ekstraksi dan pembakaran batubara adalah ancaman besar bagi masyarakat yang hidup di sekitar tambang batubara atau di dekat PLTU. “Masyarakat itu menderita banyak penyakit termasuk penyakit pernafasan, kanker, gagal ginjal, serta kelainan janin. Pihak yang paling menderita dari dampak itu adalah wanita dan anak-anak. Jelas, masa depan generasi mendatang terancam,” kata Kiat, yang juga merupakan dokter.

Di lain pihak menurut beberapa sumber yang terpercaya menyatakan, kalau polisi menangkap para aktivis tersebut karena melakukan kegiatan tanpa izin. Wakil Kepala Kepolisian Resort (Wakapolres) Cirebon, Komisaris Subiantoro yang datang ke lokasi menyatakan kalau aktivis tersebut akan diperiksa, karena aktivis dari negara asing, “Kita mau menanyakan apa motivasi para aktivis itu. Lagi pula, penyelenggara di sini tidak memiliki izin,” kata Wakapolres.

Terakhir menurut Greenpeace ada 14 orang yang ditangkap. Dari Indonesia, Nur Hidayati
dan Arif Fiyanto. Dari China, Iris Cheng, Alisa Meng dan Fusheng Yan. Sementara dari Thailand
Chariya Senpong, Weerakarn Kengkaj, Sutti Atchasai dan Uaeng-Fa Chumket. Dari Philipina Amalie, Jean Marie, dan Albert. Serta dari India yang ditangkap adalah Preethi Herman dan Sudheer Kumar Puthiya Valappil. (pri/sps)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.