Komang Terima (46 tahun), warga Dusun Tinjalas Desa Seraya Timur
Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem, sementara ini bisa bernafas lega. Memasuki musim hujan, ia tidak perlu membeli air bersih. Cukup dengan memanfaatkan air hujan yang ditampung dalam bak-bak
penampungan.
Namun bapak tujuh anak itu tetap harus berhitung dalam memanfaatkan air hujan. Itu karena intensitas hujan di wilayah tempat tinggalnya yang berada di perbukitan, sangat rendah. Penggunaan air bersih lebih diprioritaskan untuk air minum.

“Kalau pakai air, diirit. Mandi nggak bisa tiap hari. Tiga hari sekali
sudah cukup. Mandinya cukup pakai seember air untuk berempat,” cerita
Terima.

Namun kondisi saat musim hujan dirasakan jauh lebih baik. Di musim
kemarau, Terima dan keluarganya harus merogoh kocek hingga Rp.400 ribu untuk satu tangki air bersih. Puncak musim kemarau biasanya dirasakan pada bulan Mei hingga Oktober setiap tahun. “Satu tangki habis dalam sebulan. Tapi kalau pendapatan sedang seret, bisa diirit sampai dua bulan,” ceritanya. Kalau sedang tidak punya cukup uang, Terima terpaksa membeli air bersih dalam jerigen berisi 35 liter seharga Rp.2.000.

Air bersih menjadi pengeluaran yang cukup memberatkan bagi Terima.
Apalagi keluarganya hanya bergantung pada ladang jagung yang hanya
menghasilkan di musim hujan dan beberapa ekor ternak sapinya– kondisi umum masyarakat Karangasem.”Kalau kepepet, saya jual sapi untuk beli air,” keluhnya.

Tak hanya Terima, ratusan keluarga di desa yang terletak di wilayah
perbukitan itu juga mengalami kesulitan mengakses air bersih. I Luh
Nustri (25 tahun) misalnya, mengaku harus bisa memenuhi semua
keperluan dapur hanya dengan satu ember air sehari. “Kalau nggak gitu, nggak cukup. Soalnya air mahal,” ujarnya.

Di wilayah Kabupaten Karangasem sendiri, sekitar 30% dari total
384.208 jiwa penduduk masih mengalami kesulitan air bersih. Kondisi
terparah terjadi di dua kecamatan, yakni Kecamatan Kubu dan Abang. Di dua kecamatan ini terdapat 32.222 keluarga, dimana lebih dari
setengahnya atau sekitar 18.540 keluarga mengalami kesulitan air
bersih.

Survei Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali menemukan bahwa setiap
keluarga di Kecamatan Kubu dan Abang harus Membayar Rp.375 ribu per bulan untuk mendapatkan 10 meter kubik air. Bila dikalkulasi, maka dana yang dihabiskan masyarakat untuk membeli air di kedua kecamatan mencapai sekitar Rp.81 milliar per tahun.

Harga itu jauh lebih mahal dibandingkan harga air bawah tanah yang
dimanfaatkan kalangan perhotelan di Bali. Pada tahun 2007 misalnya,
Pemerintah Provinsi Bali mendapatkan pemasukan dari pajak pemanfaatan air bawah tanah sebesar Rp. 10 miliar dengan kuantitas air yang dimanfaatkan sebesar 20 juta meter kubik. Itu berarti harga air bersih yang dibayar kalangan perhotelan hanya sebesar Rp. 500 per meter kubik.

Bupati Karangasem I Wayan Geredeg menjelaskan, besarnya biaya untuk membeli air bersih membuat masyarakat makin terjerat dalam kemiskinan. “Jadi masyarakat yang sudah miskin, semakin miskin karena harus membeli air dengan harga mahal,” ujarnya. Jumlah keluarga miskin di wilayah Karangasem tahun 2007 mencapai 41.866 keuarga, atau hampir 46% dari jumlah total 91.000 keluarga di Karangasem.

Masalah air bersih ditargetkan teratasi pada 2010 mendatang. Untuk
itu, kata Geredeg, pihaknya telah mengalokasikan dana untuk
pembangunan infrastruktur air bersih sebesar Rp.35 miliar di tahun
2009 ini.

Geredeg mengaku optimis dapat memenuhi target tersebut karena pihaknya telah menemukan beberapa sumber air potensial. Bahkan salah satu sumber air di Desa Ban Kecamatan Kubu diketahui memiliki debityang cukup tinggi, yakni enam liter per detik.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga menyatakan komitmen untuk
mengatasi masalah air bersih. Dalam tahun 2009 ini, Pemerintah
Provinsi Bali akan melakukan pemasangan 10.000 sambungan pipa air
bersih di daerah Abang dan Kubu. “Masalah air bersih merupakan kunci
untuk mengatasi masalah kemiskinan di Karangasem. Karena kemiskinan yang dialami masyarakat di sana sudah terjadi turun temurun akibat kesulitan air bersih,” tegasnya.

 

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.