Posted in

INDONESIA UPAYAKAN PENINGKATAN DUKUNGAN DAN PENDANAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI CANCUN

thumbnailJakarta – Perundingan mengenai penciptaan mekanisme pendanaan global baru (New Global Fund) untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim menjadi salah satu pembahasan yang paling hangat selama hampir seminggu jalannya Konferensi Para Pihak mengenai Perubahan iklim ke-16 (COP UNFCCC), di Cancun, Meksiko, di mana konferensi tersebut telah berlangsung sejak tanggal 29 November 2010 yang lalu. Bagi Indonesia, penciptaan mekanisme pendanaan global baru diharapkan dapat meningkatkan dukungan global bagi kepentingan nasional, terutama dalam kaitannya dengan upaya adaptasi perubahan iklim.

Ketua Delegasi RI (Delri) untuk COP UNFCCC ke-16, Rachmat Witoelar, menerangkan bahwa dalam konferensi perubahan iklim tersebut Indonesia melihat pentingnya untuk segera dibentuk sebuah mekanisme pendanaan baru yang akan mencakup beberapa hal dan akan diperlakukan secara setara. Hal ini mengingat dampak perubahan iklim yang semakin terlihat akhir-akhir ini, terutama bagi negara-negara berkembang yang rawan terhadap perubahan iklim.

Dalam kaitannya dengan kepentingan nasional, Indonesia memandang bahwa dibutuhkan upaya peningkatan dukungan dan pendanaan mengenai adaptasi perubahan iklim dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang seperti Indonesia. “Terkait dengan adaptasi perubahan iklim, Indonesia menginginkan adanya peningkatan dukungan dan pendanaan dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang dengan pertimbangan utama berdasarkan kebutuhan negara berkembang yang bersangkutan,” urai Rachmat.

Sebagai negara berkembang yang memiliki kekhasannya tersendiri, Indonesia memang berkepentingan untuk memastikan adanya kejelasan mengenai peran berbagai kelompok negara dalam upaya menekan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim. Oleh karenanya, upaya adaptasi perubahan iklim menjadi salah satu fokus utama yang dibawa oleh Indonesia dalam perundingan tersebut, terlebih dengan minimnya porsi adaptasi perubahan iklim selama ini. “Adaptasi perubahan iklim merupakan isu penting bagi Indonesia, terutama terkait dengan dukungan bagi penyiapan dan implementasinya,” jelas Rachmat.

Sementara dari jalannya konferensi, dilaporkan bahwa pembahasan mengenai masalah pendanaan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim memang tengah berfokus kepada penciptaan sebuah mekanisme pendanaan global baru serta bagaimana sistem pengelolaannya demi mengatasi perubahan iklim. Berbagai usulan inovatif pun mengemuka soal pendanaan untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Salah satunya adalah kemungkinan untuk menjajaki pembatasan emisi atau meningkatkan pendapatan melalui retribusi bahan bakar dari sektor pelayaran dan penerbangan internasional yang selama ini belum dimanfaatkan dengan baik.

“Para negosiator harus melihat ini sebagai sebuah kesempatan yang dapat digunakan untuk menghasilkan dana tunai siap pakai sebagai jaminan keuangan publik yang pada gilirannya dapat diarahkan untuk berbagai upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di negara-negara berkembang,” ujar Ketua Global Climate Initiative, World Wild Fund (WWF) International, Gordon Shepherd, sebelumnya.

WWF sendiri berpandangan bahwa salah satu sumber inovatif yang paling menjanjikan dari pendanaan publik untuk tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di negara-negara berkembang adalah melalui langkah-langkah untuk mengatasi emisi dari pelayaran dan penerbangan internasional. “Ini merupakan sumber pendapatan yang belum dimanfaatkan dan pemerintah negara-negara dunia dapat mengubah kemauan politiknya untuk mengatasi masalah emisi agar dapat dimanfaatkan menjadi dana tunai dengan merangkul pendekatan ini,” jelas Gordon.

Meskipun begitu, selama seminggu berjalannya proses negosiasi di Cancun, beberapa negara berkembang terus mengkritik proposal untuk menggalang dana publik dari industri pelayaran dan penerbangan internasional. Beberapa negara berkembang tersebut menilai bahwa rencana pendanaan yang disebut “Bunker” tersebut akan membatasi pertumbuhan ekonomi mereka.

Pembahasan mengenai mekanisme pendanaan global baru pun kian memanas. Untuk mengatasinya, memang diperlukan kesatuan dan kesepahaman antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju dalam hal sumber pendanaan global baru tersebut, tentu dengan tujuan untuk memerangi terjadinya perubahan iklim. Perundingan di Cancun sendiri akan terus berlangsung hingga tanggal 10 Desember mendatang. (prihandoko)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.