Dengan melibatkan petani dan masyarakat lokal, pemerintah Nusa Tenggara Timur mengedepankan benih lokal dan big data guna membangun ketahanan pangan. Kemandirian pangan melalui penggunaan benih lokal ini juga diharapkan dapat meingkatkan daya saing produk pertanian lokal.

Oleh Palce Amalo

DINAS Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat terobosan dengan penakaran benih lokal. Mulai sekarang, tidak ada lagi pengadaan benih pertanian dari luar provinsi. Semua benih harus berasal dari hasil kebun masyarakat setempat. Dengan demikian, anggaran pengadaan benih yang saban tahun mencapai ratusan miliar rupiah, dialihkan untuk membangun ekonomi masyarakat di bidang lain.

“Mengapa harus benih lokal, karena sudah mengalami adaptasi terhadap lingkungan,” kata Kadis Pertanian dan Perkebunan NTT Lecky Frederich Koli, Jumat (27/11). Benih lokal memiliki adaptasi terhadap suhu di NTT yang umumnya berkisar 22-32 derajat celcius, hama, dan persediaan air yang minim.

Baca selengkapnya disini.

Liputan ini pertama kali terbit di Media Indonesia dengan judul “NTT mulai menabur benih dari lahan sendiri” pada tanggal 27 November 2020.

Palce Amalo adalah salah satu peserta dan penerima beasiswa liputan program Build Back Better yang diselenggarakan oleh World Resources Institute Indonesia dan the Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ).

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.