Posted in

PEMERINTAH OPTIMIS 26 PERSEN PENURUNAN EMISI GRK INDONESIA TERCAPAI

Pada KTT perubuhan iklim (Cop 15) di Kopenhagen, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 26 persen. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, pengendalian kerusakan hutan menjadi porsi utama yang harus dilakukan.

Demikian dikatakan oleh Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Rahmat Witoelar dalam diskusi dengan SIEJ-AJI yang bertemakan Langkah Konkrit Penurunan Emisi di Jakarta, Rabu (29/06).

Menurut Rahmat, hal yang paling penting dalam melaksanakan komitmen ini adalah dengan cara menjaga keutuhan hutan,. Sebab, hutan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Tercatat hutan mampu menurunkan emisi GRK Indonesia yakni sebesar 0,672 giga ton CO2e dari 26 persen target yang diajukan Indonesia.

“Dalam hal ini harus ada pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan sistem jaringan dan tata air, rehabilitasi hutan dan lahan, HTI, HTR, pemeberantasan ilegal logging, pencegahan deforestasi, serta pemberdayaan masyarakat,” ucapnya.

Selain itu, pengendalian limbah juga sangat diperlukan dalam hal ini seperti pembuangan TPA, pengelolaan sampah dengan sistim 3R dan pengelolaan air limbah terpadu perkotaan. “Pengendalian limbah ini akan bisa mengurangi emisi sebesar 0,048 giga ton,” ujarnya.

Sedangkan untuk sektor energi, menurut Rachmat bisa dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan bio fuel, mesin dengan standar efisiensi BBM yang tinggi, dan pengembangan energi terbarukan. Dengan perbaikan dalam sektor energi tersebut bisa dicapai penurunan emisi sebesar 0,038 giga ton CO2e.

Sementara itu, untuk pengembangan sektor industri seperti pembangunan generator dan mesin-mesin industri lainnya, menurut Rahmat, tidak banyak mempengaruhi pada kenaikan emisi gas rumah kaca hanya menyumbang kenaikan emisi sebesar 0,001 giga ton CO2e saja.

Pada kesempatan yang sama, wakil dari The Nature Conservancy (TNC), Wahjudi Wardojo mengatakan, bahwa bicara perubahan iklim adalah bicara yang didasarkan atas ilmu. Selain itu, dalam penurunan emisi gas rumah kaca juga harus mempunyai baseline yang jelas. “Harus ada tahap-tahapannya seperti projek-projek, sub national, national,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya meyakini, bahwa hingga tahun 2020 nantinya, pemerintah Indonesia hanya bisa sampai pada tahap sub nasional saja. “Artinya penurunan emisi gas rumaha kaca di Indonesia pada tahun 2020 nantinya baru sebatas sub nasional, belum dalam skala nasional,” ujarnya.

Sejauh ini data dari DNPI mengungkapkan kalau target 26 persen penurunan emisi GRK di Indonesia berjumlah total 0,767 giga ton CO2e. Dari total target tersebut, penurunan 0,672 gigaton akan dicapai melalui program kehutanan dan lahan gambut. Pada sektor pengolahan limbah hasil pengurangan emisi diharapkan mencapai nilai 0,048 giga ton CO2e. Semetnara pertanian diharapkan mampu menurunkan emisi GRK Indonesia mencapai 0,008 gigaton CO2e. Industri menurunkan 0,001 gigaton, serta energi dan transportasi mampu menurunkan emisi GRK hingga 0,038 gigaton CO2e. (teddy setiawan)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.