Posted in

RACHMAT WITOELAR LUNCURKAN DUA BUKU DI COP17 DURBAN

thumbnailDisela-sela dinamika negosiasi perubahan iklim, Pavilion Indonesia meluncurkan dua buku berjudul “Soulviews on Climate Change” dan “Rachmat Witoelar on Climate Change” dalam “side event” konferensi Perubahan Iklim dariBadan Dunia untuk Perubahan Iklim (COP17 UNFCCC) di Durban, Afrika Selatan pada Selasa (6/12/2011). Durban, 6 Desember 2011 – Disela-sela dinamika negosiasi perubahan iklim, Pavilion Indonesia meluncurkan dua buku berjudul “Soulviews on Climate Change” dan “Rachmat Witoelar on Climate Change” dalam “side event” konferensi Perubahan Iklim dariBadan Dunia untuk Perubahan Iklim (COP17 UNFCCC) di Durban, Afrika Selatan pada Selasa (6/12/2011).

Peluncuran kedua buku tersebut dilakukan langsung oleh Ketua Delri Rachmat Witoelar dalam acara pembukaan stan Pavilion Indonesia yang terletak di South Plaza Marquee, kompleks International Convention Center (ICC) Durban, tempat berlangsungnya konferensi perubahan iklim.

Buku “Soulviews on climate change” merupakan kumpulan foto-foto bertema perubahan iklim, yang merupakan foto-foto pemenang lomba foto untuk pelajar tingkat SLTA yang diselenggarakan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). Buku foto dengan kurator Oscar Matuloh dari Galeri Foto Jurnalistik ANTARA menyajikan 61 foto kondisi-kondisi terkait perubahan iklim seperti penggundulan dan kerusakan hutan, kebakaran hutan, kekeringan lahan, polusi kendaraan bermotor sampai reboisasi dari lima kota yaitu Jakarta, Surabaya, Pekanbaru, Denpasar dan Palangkaraya.

Sedangkan buku “Rachmat Witoelar on climate change” merupakan alih bahasa buku dengan judul “Rachmat Witoelar dan Perubahan Iklim” yang telah diluncurkan pada Juni 2011 di Jakarta. Buku tersebut bercerita mengenai keterlibatan secara intens Rachmat Witoelar dalam kapasitas sebagai Menteri Lingkungan Hidup kala itu sebagai Presiden KTT Perubahan Iklim ke-13 di Bali pada 2007.

Buku tersebut menceritakan mengenai dinamika perundingan yang terjadi pada konferensi iklim di Bali tersebut, betapa sulitnya tarik menarik kepentingan dari berbagai negara dan hampir buntu dari hasil kesepakatan sampai dengan lahirnya “Bali Action Plan”.

Rachmat Witoelar yang juga Ketua Harian DNPI dan Utusan Khusus Presiden RI untuk Pengendalian Perubahan Iklim mengatakan buku tersebut dialihbahasakan dalam bahasa Inggris karena banyak kolega-koleganya yang meminta dan ingin membaca buku tersebut.

“Buku itu diluncurkan di Durban ini karena sangat relevan dalam mengawal Bali Road Map agar tidak kebablasan dari perjuangan menangani perubahan iklim,” katanya.

Dia berharap bukunya tersebut bisa menginspirasi delegasi dari seluruh dunia yang sedang bernegosiasi untuk tidak patah semangat menghasilkan kesepakatan di Durban dengan mengingat betapa sulitnya Bali Action Plan lahir di COP13 2007.

Pada acara tersebut, Rachmat Witoelar menyerahkan dua buku kepada tamu undangan antara lain Menteri Lingkungan Hidup RI Balthasar Kambuaya, Kepala Institute for Global Environmental Studies (IGES) Prof. Hironori Hamanaka, Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan Sjahril Sabarudin, Duta Besar Jepang untuk Lingkungan Global Masahiko Horie, Ketua Society of Indonesia Environmental Journalist (SIEJ) IGG Mahaadi dan  dua delegasi muda RI di COP17 Nada Zaarfania dan Nadia Syifa. (FJR)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.