Posted in

TBI BERI DANA SERTIFIKASI HPH DI INDONESIA

Program sertifikasi hutan di Indonesia semakin berkembang. Hal ini menandakan angin segar bagi sektor kehutanan di Indonesia, paska diberlakukannya dua tahun moratorium hutan alam dan faktor penting lainnya.

Lebih dari itu, tahun ini adalah menjadi hal yang penting bagi kelangsungan hutan di Indonesia. Pasalnya, pada tahun 2010 ini. Lahir sebuah program baru yang akan menyelamatkan hutan di Indonesia, dan mendukung hutan lestari,  yakni The Borneo Initiative (TBI).

Seperti dikatakan oleh Anggota Badan Eksekutive The Borneo Initiative, Jesse Kujiper, bahwa TBI nantinya akan memberikan dukungan secara finansial pada Hak Penguasaan Hutan (HPH) dalam pencapaian sertifikasi hutan dan pembalakan yang ramah lingkungan, baik merupakan sertifikat Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) maupun Forest Stewardship Council (FSC).

“Kami baru saja memulai upaya ini pada Januari tahun 2010 dan diawali dengan penandatanganan nota kerjasama dengan lima HPH di Kalimantan yang cakupan luasnya mencapai 600.000 Ha,” ucapnya Jesse di sela-sela penandatanganan TBIF Agreement di Hotel Mulia, Jakarta (28/06/2010).

Dia mengakui, bahwa di Indonesia langkah ini jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Kongo, di mana di Kongo dan Brazil sertifikat SFC lebih cepat dicapai. “Sampai saat ini, Indonesia hanya memiliki lima HPH di mana satu juta hektar hutannya bersertifikat FSC. Empat diantaranya berada di Kalimantan,” ujarnya.

Namun, lanjut Jesse, ke depan dengan adanya TBI ini, diharapkan kondisi yang seperti sekarang ini akan mengalami perubahan yang nyata. Bahkan ia meyakini akan melihat adanya potensi perubahan yang sangat besar dalam pengembangan manajemen hutan lestari di kawasan Indonesia.

“Kami yakin akan ada perubahan dalam pengelolaan hutan lestari di Indonesia. Awalnya kami menetapkan target hingga tahun 2015 hanya sekitar 4 juta hektar hutan yang tersertifikasi di Indonesia. Akan tetapi, kami optimis bisa mencapai lebih dari itu,” kata Jesse.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Direktur  PT Narkata Rimba, Untung Iskandar mengatakan, bahwa dalam TBI itu sangat membantu dalam menyediaan dana dan juga dibantu oleh para pakar-pakar untuk sertifikasi seperti sertifikasi FSI, JFTN, TFF, dan TFT.

Ia mengatakan, bahwa sampai saat ini pihaknya telah mengajukan sertifikasi untuk konsesinya seluas 4.800 hektar dengan nilai dana sebesar 10 ribu euro. “Dana itu diganti semua oleh TBI,” ucapnya.

Untung menilai, tujuan dari TBI adalah untuk menghidupkan industri-industri yang memakai bahan kayu di Eropa, agar mendapatkan bahan baku kayu yang bersertifikasi dari Indonesia, yang selama ini bahan baku tersebut hanya mereka peroleh dari Afrika dan Rusia.

“Selama ini mereka hanya dapat bahan baku dari Afrika dan Rusia. Jumlahnya makin lama pasti makin berkurang. Jadi mereka juga sangat mendukung sekali usaha pemerintah untuk membangun hutan tanaman rakyat,” kata Untung.

Ketika ditanyai kendala apa saja yang dihadapi dalam proses sertifikasi ini, Untung mengatakan, bahwa kendala yang selama ini ia rasakan adalah masalah pendanaan dan personil. “Kendala yang pertama itu adalah dana dan personil dari perusahaan serta personil dari pemerintah,” ungkapnya.

Seperti diketahui, The Borneo Initiative (TBI) adalah yayasan non profit yang berbasis di Belanda dan didanai oleh sektor swasta  yang didukung oleh dana dari pemerintah Belanda, The Poscode Lottery, dan penggalangan dana dari pelaku usaha lainnya.TBI merupakan inisiatif berbasis pasar yang bertujuan untuk mewujudkan alur perdagangan kayu lestari dari Indonesia ke Belanda.(teddy setiawan)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.