Posted in

KETIDAKADILAN PEMANASAN GLOBAL DALAM JANGKA PANJANG

Prakiraan pemanasan suhu minimum sekitar1,2’C dalam 100 tahun terakhir sementara cuaca ekstrim menyebabkan permukaan laut naik 10 hingga 20 sentimeter sejak era industri. Pencairan es beku di Greenland dapat menaikkan permukaan laut hingga 7 meter. Dalam 50 tahun hingga 100 tahun ke depan, intensitas badai lebih ganas sementara daerah pesisir makin padat. Ini berarti potensi korban makin banyak.

Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), peningkatan curah hujan di dataran tinggi dan penurunan curah hujan di dataran rendah yang sebagian besar adalah kawasan pertanian di sub tropis. Dengan demikian maka hasil panen di kawasan tersebut dipastikan mengalami penurunan.

 

Kawasan mid-continental seperti daerah pertanian di Amerika serikat dan sebagian besar Asia, secara berangsur lahan menjadi kering. Sementara itu, meskipun mengalami kenaikan suhu lebih kecil, daerah pertanian di Afrika mengalami penurunan hasil panen lebih drastis.

 

Dalam jangka panjang IPCC memperkirakan intrusi air laut lebih besar karena kenaikan permukaan air laut. Saat ini intrusi air laut telah mengganggu sumber air tawar di Israel dan Thailand serta pulau-pulau kecil di kawasan Pasifik, Samudra Indian laut Karibia serta kawasan delta yang paling produktif di dunia, yakni delta Yangtze di Cina dan Mekong di Vietnam.

 

Dalam beberapa dekade mendatang sebanyak 25 persen spesies mamalia langka di dunia dan 12 persen jenis burung akan hilang. Karena tidak mampu bertahan dengan suhu yang lebih panas di hutan, lahan basah dan populasi manusia menghalangi migrasi alami hewan tersebut.

 

Salahsatu sentimen penting dari isu pemanasal global adalah rasa keadilan. Negara-negara industri yang kaya seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat serta beberapa negara di Asia seperti Jepang, adalah yang paling bertanggungjawab menghasilkan emisi rumah kaca.

 

Sementara negara-negara kaya menikmati standar hidup yang tinggi, pemanasan global yang salahsatunya disebabkan oleh emisi rumah kaca sudah dipastikan mendera kehidupan manusia di negara miskin.

 

Kesengsaraan itu disebabkan karena ketidakmampuan sumberdaya untuk menghadapi badai, banjir, kekeringan, wabah penyakit dan kekurangan sumber air dan makanan.

 

Negara miskin bukannya tidak berusaha keluar dari lingkaran tersebut namun lebih sulit karena tidak kunjung selesai mengatasi akibat perubahan iklim. Padahal negara-negara miskin hampir dipastikan tidak banyak berkontribusi terhadap pemanasan global namun justru yang terdepan dalam menerima akibatnya. (entin supriati)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.