Posted in

SALJU DI PAPUA AKAN MENCAIR LEBIH CEPAT

thumbnailJakarta – Lapisan salju yang menyelimuti Pegunungan Jayawijaya di Papua, Indonesia, diperkirakan akan mencair lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University mengungkapkan bahwa lapisan salju di Papua, yang merupakan salah satu dari sedikit lapisan es atau salju yang berada di wilayah tropis diprediksi akan menghilang dalam hitungan beberapa tahun lagi, mungkin sekali di akhir dasawarsa ini lapisan salju di sana akan menghilang.

Salah seorang ahli gletser atau lapisan salju yang terlibat dalam penelitian itu, Lonnie Thompson, menjelaskan bahwa telah banyak muncul celah gletser di lapisan salju Papua yang berada di ketinggian 4.800 meter di wilayah Pegunungan Jayawijaya. Selain itu, Lonnie Thompson juga menerangkan bahwa hujan salju yang terjadi di wilayah tersebut intensitasnya telah berkurang secara substansial.

“Ketika lapisan salju di sana menghilang, sebuah rekaman unik mengenai terjadinya fenomena El Nino-Southern Oscillation yang merangsang terbentuknya pola-pola iklim di wilayah tropis dapat juga menghilang,” begitu ucap Lonnie Thompson dalam kunjungan terakhirnya ke wilayah Papua beberapa waktu yang lalu, seperti yang dilansir dalam situs scientificamerican.com, Senin (16/8).

Cakupan padang salju di Papua yang berada di Pegunungan Jayawijaya (di sekitar Puncak Jaya) memang terbilang tidak luas. Diperkirakan total luasnya sekitar 1,7 kilometer persegi (0,6 mil persegi), dan ini merupakan angka yang hampir serupa dengan luas padang salju di sekitar puncak Gunung Kilimanjaro, Afrika, yakni seluas 1,8 kilometer persegi (0,7 mil persegi). Dari keduanya, patut dipahami bahwa wilayah keduanya itu terletak di sekitar samudera terhangat di dunia, yang diprediksi dapat menyebabkan terjadinya El Nino. Selain itu, lapisan salju di Papua juga dipercaya menyimpan rahasia mengenai bagaimana terjadinya perubahan iklim di dunia.

Selama penelitian dilakukan, tim peneliti mencoba untuk mengambil tiga sampel inti dari lapisan salju yang menutupi Pegunungan Jayawijaya. Akibat melakukan kegiatan ini, tim peneliti hampir saja pulang tanpa membawa hasil apapun. Tim peneliti mendapatkan halangan dari masyarakat lokal yang berpikir bahwa kehadiran tim peneliti bertujuan untuk merusak wilayah adat mereka di sekitar lokasi lapisan salju berada.

Sikap masyarakat lokal tersebut muncul karena mereka menganggap bahwa es/salju merupakan bagian dari kepercayaan lokal mereka. Lonnie Thompson menambahkan bahwa dalam kepercayaan lokal, masyarakat menganggap diri mereka sebagai bagian dari alam, di mana salju sangat terkait di dalamnya. Jadi, jika salju menghilang, maka mereka mengganggap bahwa salah satu bagian jiwa mereka menghilang juga.

Namun, setelah selama kurang lebih empat jam mengadakan diskusi dengan masyarakat lokal, tim peneliti akhirnya diijinkan untuk membawa sampel salju ke Ohio State University agar dapat diteliti lebih lanjut. Hasil analisa dari penelitian sampel ini akan diumumkan pada Desember tahun ini.

Sebelumnya beberapa ahli memperkirakan lapisan salju di Papua, diperkirakan akan hilang sebelum tahun 2025 ini. Wahyu Hantoro, ilmuwan paleogeologi dari Pusat Penelitian Geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPG-LIPI) menyatakan pernah melakukan penelitian mengenai salju Papua tahun 1994 lalu, dalam kaitan dengan PT Freeport Indonesia (PTFI). Dari hasil penelitian tersebut, Wahyu memperkirakan salju di pegunungan Papua akan hilang sebelum tahun 2025 nanti.  (prihandoko)

Jakarta – Lapisan salju yang menyelimuti Pegunungan Jayawijaya di Papua, Indonesia, diperkirakan akan mencair lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University mengungkapkan bahwa lapisan salju di Papua, yang merupakan salah satu dari sedikit lapisan es atau salju yang berada di wilayah tropis diprediksi akan menghilang dalam hitungan beberapa tahun lagi, mungkin sekali di akhir dasawarsa ini lapisan salju di sana akan menghilang.

Salah seorang ahli gletser atau lapisan salju yang terlibat dalam penelitian itu, Lonnie Thompson, menjelaskan bahwa telah banyak muncul celah gletser di lapisan salju Papua yang berada di ketinggian 4.800 meter di wilayah Pegunungan Jayawijaya. Selain itu, Lonnie Thompson juga menerangkan bahwa hujan salju yang terjadi di wilayah tersebut intensitasnya telah berkurang secara substansial.

“Ketika lapisan salju di sana menghilang, sebuah rekaman unik mengenai terjadinya fenomena El Nino-Southern Oscillation yang merangsang terbentuknya pola-pola iklim di wilayah tropis dapat juga menghilang,” begitu ucap Lonnie Thompson dalam kunjungan terakhirnya ke wilayah Papua beberapa waktu yang lalu, seperti yang dilansir dalam situs scientificamerican.com, Senin (16/8).

Cakupan padang salju di Papua yang berada di Pegunungan Jayawijaya (di sekitar Puncak Jaya) memang terbilang tidak luas. Diperkirakan total luasnya sekitar 1,7 kilometer persegi (0,6 mil persegi), dan ini merupakan angka yang hampir serupa dengan luas padang salju di sekitar puncak Gunung Kilimanjaro, Afrika, yakni seluas 1,8 kilometer persegi (0,7 mil persegi). Dari keduanya, patut dipahami bahwa wilayah keduanya itu terletak di sekitar samudera terhangat di dunia, yang diprediksi dapat menyebabkan terjadinya El Nino. Selain itu, lapisan salju di Papua juga dipercaya menyimpan rahasia mengenai bagaimana terjadinya perubahan iklim di dunia.

Selama penelitian dilakukan, tim peneliti mencoba untuk mengambil tiga sampel inti dari lapisan salju yang menutupi Pegunungan Jayawijaya. Akibat melakukan kegiatan ini, tim peneliti hampir saja pulang tanpa membawa hasil apapun. Tim peneliti mendapatkan halangan dari masyarakat lokal yang berpikir bahwa kehadiran tim peneliti bertujuan untuk merusak wilayah adat mereka di sekitar lokasi lapisan salju berada.

Sikap masyarakat lokal tersebut muncul karena mereka menganggap bahwa es/salju merupakan bagian dari kepercayaan lokal mereka. Lonnie Thompson menambahkan bahwa dalam kepercayaan lokal, masyarakat menganggap diri mereka sebagai bagian dari alam, di mana salju sangat terkait di dalamnya. Jadi, jika salju menghilang, maka mereka mengganggap bahwa salah satu bagian jiwa mereka menghilang juga.

Namun, setelah selama kurang lebih empat jam mengadakan diskusi dengan masyarakat lokal, tim peneliti akhirnya diijinkan untuk membawa sampel salju ke Ohio State University agar dapat diteliti lebih lanjut. Hasil analisa dari penelitian sampel ini akan diumumkan pada Desember tahun ini.

Sebelumnya beberapa ahli memperkirakan lapisan salju di Papua, diperkirakan akan hilang sebelum tahun 2025 ini. Wahyu Hantoro, ilmuwan paleogeologi dari Pusat Penelitian Geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPG-LIPI) menyatakan pernah melakukan penelitian mengenai salju Papua tahun 1994 lalu, dalam kaitan dengan PT Freeport Indonesia (PTFI). Dari hasil penelitian tersebut, Wahyu memperkirakan salju di pegunungan Papua akan hilang sebelum tahun 2025 nanti.  (prihandoko)

Jakarta – Lapisan salju yang menyelimuti Pegunungan Jayawijaya di Papua, Indonesia, diperkirakan akan mencair lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University mengungkapkan bahwa lapisan salju di Papua, yang merupakan salah satu dari sedikit lapisan es atau salju yang berada di wilayah tropis diprediksi akan menghilang dalam hitungan beberapa tahun lagi, mungkin sekali di akhir dasawarsa ini lapisan salju di sana akan menghilang.

Salah seorang ahli gletser atau lapisan salju yang terlibat dalam penelitian itu, Lonnie Thompson, menjelaskan bahwa telah banyak muncul celah gletser di lapisan salju Papua yang berada di ketinggian 4.800 meter di wilayah Pegunungan Jayawijaya. Selain itu, Lonnie Thompson juga menerangkan bahwa hujan salju yang terjadi di wilayah tersebut intensitasnya telah berkurang secara substansial.

“Ketika lapisan salju di sana menghilang, sebuah rekaman unik mengenai terjadinya fenomena El Nino-Southern Oscillation yang merangsang terbentuknya pola-pola iklim di wilayah tropis dapat juga menghilang,” begitu ucap Lonnie Thompson dalam kunjungan terakhirnya ke wilayah Papua beberapa waktu yang lalu, seperti yang dilansir dalam situs scientificamerican.com, Senin (16/8).

Cakupan padang salju di Papua yang berada di Pegunungan Jayawijaya (di sekitar Puncak Jaya) memang terbilang tidak luas. Diperkirakan total luasnya sekitar 1,7 kilometer persegi (0,6 mil persegi), dan ini merupakan angka yang hampir serupa dengan luas padang salju di sekitar puncak Gunung Kilimanjaro, Afrika, yakni seluas 1,8 kilometer persegi (0,7 mil persegi). Dari keduanya, patut dipahami bahwa wilayah keduanya itu terletak di sekitar samudera terhangat di dunia, yang diprediksi dapat menyebabkan terjadinya El Nino. Selain itu, lapisan salju di Papua juga dipercaya menyimpan rahasia mengenai bagaimana terjadinya perubahan iklim di dunia.

Selama penelitian dilakukan, tim peneliti mencoba untuk mengambil tiga sampel inti dari lapisan salju yang menutupi Pegunungan Jayawijaya. Akibat melakukan kegiatan ini, tim peneliti hampir saja pulang tanpa membawa hasil apapun. Tim peneliti mendapatkan halangan dari masyarakat lokal yang berpikir bahwa kehadiran tim peneliti bertujuan untuk merusak wilayah adat mereka di sekitar lokasi lapisan salju berada.

Sikap masyarakat lokal tersebut muncul karena mereka menganggap bahwa es/salju merupakan bagian dari kepercayaan lokal mereka. Lonnie Thompson menambahkan bahwa dalam kepercayaan lokal, masyarakat menganggap diri mereka sebagai bagian dari alam, di mana salju sangat terkait di dalamnya. Jadi, jika salju menghilang, maka mereka mengganggap bahwa salah satu bagian jiwa mereka menghilang juga.

Namun, setelah selama kurang lebih empat jam mengadakan diskusi dengan masyarakat lokal, tim peneliti akhirnya diijinkan untuk membawa sampel salju ke Ohio State University agar dapat diteliti lebih lanjut. Hasil analisa dari penelitian sampel ini akan diumumkan pada Desember tahun ini.

Sebelumnya beberapa ahli memperkirakan lapisan salju di Papua, diperkirakan akan hilang sebelum tahun 2025 ini. Wahyu Hantoro, ilmuwan paleogeologi dari Pusat Penelitian Geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPG-LIPI) menyatakan pernah melakukan penelitian mengenai salju Papua tahun 1994 lalu, dalam kaitan dengan PT Freeport Indonesia (PTFI). Dari hasil penelitian tersebut, Wahyu memperkirakan salju di pegunungan Papua akan hilang sebelum tahun 2025 nanti.  (prihandoko)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.