Posted in

HCPSN HANYA SEREMONIAL BELAKA

thumbnailJakarta – Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) rutin diadakan setiap tahun, tepatnya setiap tanggal 5 November. Tahun ini, peringatan HCPSN akan digelar untuk yang ke-17 kalinya sejak pertama kali diadakan pada tahun 1993. Namun sayangnya hingga saat ini, nilai konservasi terhadap satwa tak juga membaik. Terbukti dengan makin tingginya potesialitas kepunahan burung Kakatua, yang diumumkan Burung Indonesia tentang masalah ini.
Peringatan HCPSN 2010 sendiri mengambil tema “Lestarikan Puspa dan Satwa demi Masa Depan Bumi Kita”. Sementara subtema yang diangkat adalah “Tumbuh Kembangkan Raflesia padma dan Lestarikan Kakatua Kita”. Pemilihan subtema itu berkaitan dengan ditetapkannya Raflesia padma sebagai Puspa Nasional dan Burung Kakatua sebagai Satwa Nasional 2010.
“Sebelumnya kita memang tidak pernah membuat tema yang kuat secara sosialisasi. Namun dalam peringatan HCPSN ke-17 ini kita membuat tema yang diharapkan dapat mudah tersosialisasikan kepada masyarakat, terutama mengenai perlindungan dan pelestarian puspa dan satwa di Indonesia,” ucap Ketua Panitia HCPSN 2010, Ade F. Meyliala, pada kesempatan yang sama.
Target peringatan HCPSN tahun ini, lanjutnya, adalah agar peringatan HCPSN pada tahun 2011 nanti dapat ditingkatkan statusnya menjadi Gerakan Nasional. Peningkatan status ini bertujuan agar sosialisasi ke masyarakat umum dapat lebih tercapai. Selain itu, peringatan HCPSN ini tentunya juga sesuai dengan ditetapkannya tahun 2010 sebagai Tahun Keanekaragaman Hayati oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Penetapan Raflesia padma dan Burung Kakatua sebagai Puspa dan Satwa Nasional 2010 telah didasarkan pada berbagai pertimbangan. Raflesia padma adalah puspa nasional khas Indonesia dan merupakan tumbuhan langka yang patut dibudidayakan serta dijaga dari ancaman kepunahan. Sementara Kakatua dipilih karena merupakan komoditas favorit perdagangan hewan antar negara.

Sementara itu, setidaknya tiga jenis burung Kakatua di Indonesia terancam punah. Penyebabnya karena eksploitasi berlebihan, yang didasari dari kesenangan manusia untuk memeliharanya. Demikian diungkapkan Burung Indonesia, Senin (1/11).

“Ketiga jenis burung Kakatua yang terancam punah tersebut adalah kakatua maluku (Cacatua moluccensis), kakatua putih (Cacatua alba), dan kakatua tanimbar (Cacatua goffiniana),” urai Dwi Mulyawati dari Burung Indonesia.

Ketiga jenis kakatua tersebut memang masih dapat dijumpai di hutan sekunder maupun hutan yang telah mengalami proses pembalakan. Namun demikian, ketiganya sangat membutuhkan tutupan hutan alam dengan tutupan tajuk rapat, terutama ketersediaan pohon besar sebagai sarang.

”Indonesia merupakan negara dengan jumlah jenis burung terancam punah paling banyak akibat eksploitasi berlebih,” papar Dwi lagi.
Selain penangkapan dan perdagangan internasional yang tidak memerhatikan keberlangsungan populasi untuk pulih, jenis-jenis kakatua dan paruh bengkok lainnya di Indonesia masih harus menghadapi ancaman berupa bukaan hutan untuk fungsi lain. Setiap tahunnya pada periode 2006 hingga 2009, laju deforestasi mencapai 31 juta hektar per tahun.
Untuk itu diperlukan program konservasi, dengan tidak hanya mengenali, mendokumentasikan dan melindungi jaringan kawasan-kawasan penting bagi burung, namun juga kekayaan hayati lainnya. Program ini dikenal sebagai Important Bird Area (IBA) atau Daerah Penting bagi Burung (DPB).

Dengan 227 kawasan penting bagi burung (diluar Pulau Papua), Indonesia memiliki DPB/IBA terbanyak di Asia Tenggara, disusul Philippina (117 IBA) dan Vietnam (63 IBA). Daerah Penting bagi Burung di Indonesia tersebar di Jawa dan Bali (53 DPB), Nusa Tenggara (43 DPB), Sumatera (40 DPB), Maluku (36 DPB), Sulawesi (32 DPB) dan Kalimantan (23 DPB).

Dalam kaitannya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perlindungan serta pelestarian puspa dan satwa, peringatan HCPSN tahun ini akan melibatkan masyarakat secara langsung di dalamnya. Sosialisasi pun dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti pawai/parade flora dan fauna atau pun pameran mengenai flora dan fauna di tempat-tempat umum, misalnya di kebun binatang.
Puncak perayaan peringatan HCPSN sendiri akan dilaksanakan di Istana Negara yang diisi dengan berbagai acara, yaitu peluncuran buku 17 tahun HCPSN, peluncuran satwa dan puspa Nasional tahun 2010, penandatanganan perangko seri puspa dan satwa 2010, penyematan tanda kehormatan Satyalancana pembangunan bidang lingkungan hidup, penyampaian penghargaan Menuju Indonesia Hijau oleh Presiden RI, dan lain sebagainya.

Lebih dalam Menteri Lingkungah Hidup (MenLH) RI Gusti M Hatta menyatakan  tema yang diangkat dalam peringatan HCPSN tahun ini diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat umum untuk melestarikan puspa dan satwa di Indonesia. Meskipun begitu, tahun depan sudah semestinya dibuat sebuah inovasi baru untuk memperingati HCPSN agar jangan hanya sebatas pada seremonial saja seperti sekarang ini. (pri/sps)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.