Posted in

PEMERINTAH BENTUK TIM PENDAMPING PETANI UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

thumbnailJakarta – Upaya adaptasi sektor pertanian terhadap dampak perubahan iklim terus ditingkatkan, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan telah membentuk Tim Penanganan Dampak Perubahan Iklim. Tugasnya merekayasa dan menghasilkan varietas padi baru, transfer teknologi baru, mendokumentasikan pengetahuan teknologi tradisional dan juga mengembangkan penggunaan teknologi ramah lingkungan.

“Kementerian Pertanian saat ini telah membentuk Tim Penanganan Dampak Perubahan Iklim, yang setiap saat akan melakukan pendampingan dan pengawalan kepada petani. Di samping bantuan dalam bentuk teknologi, kita juga telah menyiapkan bantuan sarana dan prasarana lainnya, termasuk juga penyuluhannya, baik untuk cara budidaya tanaman maupun dalam rangka mengantisipasi kemungkinan terjadinya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT),” tutur Pelaksana Harian (Plh) Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Sarsito Wahono Gaib Subroto, Rabu (17/11/2010).

Dikatakannya, Kementan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan yang ada, juga telah merekayasa dan menghasilkan varietas padi yang tahan kering (INPAGO), tahan rendaman (INPARA), maupun untuk daerah yang beririgasi (INPARI).

Selain itu, masih banyak lagi teknologi yang siap digunakan untuk mengurangi efek Gas Rumah Kaca (GRK), seperti melalui pengaturan air, penggunaan pupuk organik, termasuk juga pembelajaran para petani melalui Sekolah Lapangan Iklim (SLI).

Di samping upaya dari Kementan, lanjutnya, sebenarnya para petani di setiap daerah juga telah memiliki teknologi yang bersifat spesifik lokasi (Indigenous Technology) untuk menyikapi fenomena perubahan iklim, yang ternyata sudah berkembang turun-temurun sejak dahulu kala.

“Kalau di Jawa, ada yang namanya Pranata Mangsa, yang dikembangkan dari tanda-tanda alam, seperti munculnya Tonggeret atau Gareng Pung (bahasa Jawa – red.). Di tempat lain, ada yang melihat munculnya cacing-cacing tanah. Istilahnya di Jawa adalah “Ilmu Titen”, sebagai pertanda mulai atau berakhirnya suatu musim. Teknologi ini masih banyak digunakan petani untuk menyikapi perubahan iklim seperti yang terjadi akhir-akhir ini,” urai Sarsito.

Seperti yang sudah diketahui bahwa di tahun ini hampir sebagian besar wilayah Indonesia tidak mengalami musim kemarau. Hujan terjadi sepanjang tahun, yang berarti bahwa air selalu cukup tersedia untuk budidaya padi. Namun akibatnya, pola tanam padi pun berubah. “Pola tanam di lapangan yang biasanya padi-padi-palawija, dengan sendirinya berubah menjadi padi-padi-padi. Tentu ini ada konsekuensinya. Di satu sisi, produksi padi bisa tercapai. Sementara palawija, khususnya kedelai, produksinya sedikit di bawah sasaran akibat banyaknya air,” tambah Sarsito.

Dampak Kelapa Sawit

Berbeda dengan tanaman pangan seperti padi, terjadinya pergeseran musim sebagai dampak dari perubahan iklim ternyata tidak terlalu mempengaruhi pola tanam dan pola panen kelapa sawit. Sebab kelapa sawit dinilai merupakan tanaman yang dapat beradaptasi dengan baik, meski dalam kondisi cuaca yang ekstrim sekalipun. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Departemen Adaptasi, Sawit Watch, Achmad Surambo, pada kesempatan berbeda.

“Kelapa sawit adalah tanaman yang sangat adaptif, di mana tanaman tersebut dapat tumbuh dalam keadaan yang ekstrim. Tetapi yang menjadi persoalan adalah bagaimana dengan produktivitasnya ketika kondisi ekstrim ini terjadi, dan hal inilah yang masih belum diketahui. Namun secara umum, pengaruh perubahan iklim pada tanaman sawit memang tidak terlalu terlihat, karena sawit adalah tanaman yang sangat adaptif,” jelasnya.

Meskipun begitu, sambungnya, dalam kaitannya dengan tanaman kelapa sawit, pengaruh terjadinya perubahan iklim yang agak terlihat adalah berkenaan dengan masalah waktu pemupukan. “Di dalam sistem tanam kelapa sawit, pemupukan biasanya dilakukan minimal setahun dua kali, yakni di awal musim hujan dan di awal musim kemarau. Kadangkala pergeseran musim ini dapat memberikan kekacauan dalam melakukan pemupukan,” tutupnya. (prihandoko)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.