Posted in

PERUBAHAN IKLIM BAHAYAKAN PANGAN DAN KELAUTAN

thumbnailJakarta – Fenomena perubahan iklim kini tengah menjadi perhatian masyarakat di dunia. Sebab perubahan iklim memberikan dampak negatif yang nyata bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh adalah terjadinya perubahan pola hujan akibat pergeseran musim akhir-akhir ini. Hal ini dianggap dapat membahayakan ketahanan pangan, khususnya di Indonesia.

Pemerhati perubahan iklim, P. Raja Siregar, Kamis (4/11/2010) di Jakarta, mengungkapkan bahwa saat ini dampak perubahan iklim yang sudah terlihat adalah dalam hal ketahanan pangan. Hal ini karena perubahan iklim mempengaruhi kegiatan para petani dan nelayan.

“Perubahan pola hujan sebagai salah satu dampak dari perubahan iklim telah membuat para petani kesulitan untuk menentukan masa tanam dan masa panen. Selain itu, para nelayan juga kesulitan untuk mencari ikan di laut akibat musim yang tidak jelas. Hal ini membahayakan ketahanan pangan kita,” jelas Raja.

Berkaitan dengan hal ini, pada kesempatan berbeda, Kamis (4/11/2010), Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Arif Fiyanto, juga menguraikan pendapat serupa bahwa perubahan iklim akan membahayakan ketahanan pangan. Menurutnya, dampak negatif perubahan iklim adalah menurunkan hasil pertanian dan membuat tangkapan ikan berkurang secara drastis.

“Salah satu dampak perubahan iklim adalah terjadinya perubahan pola cuaca secara drastis. Misalnya saja seperti tahun ini, di mana curah hujan sangat tinggi sepanjang tahun. Dan mungkin saja tahun depan terjadi pola yang sebaliknya. Pola cuaca seperti ini yang mengganggu pola bercocok tanam para petani,” sambungnya.

Perubahan pola ini, lanjutnya, menimbulkan kebingungan bagi para petani. Ketika mereka mulai menanam ternyata terjadi bencana kekeringan, sebaliknya ketika mereka mulai siap memanen ternyata terjadi banjir akibat curah hujan tinggi. Hal ini mengakibatkan turunnya hasil pertanian dan hal ini yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan.

Untuk mengatasinya, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) bersama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mencoba untuk mendampingi para petani dalam menghadapi perubahan iklim ini. Salah satunya adalah dengan berdirinya “Sekolah Iklim” bagi para petani. Dari situ, diharapkan para petani dapat belajar untuk memahami seperti apa pola tanam dalam kondisi seperti itu, sehingga dapat diketahui masa tanam dan masa panennya.

Sementara itu, menurut Arif, dampak perubahan iklim bagi para nelayan terlihat dari berkurangnya waktu mencari ikan di laut akibat tidak jelasnya musim yang ada. Selain itu, keberadaan PLTU di sekitar lokasi penangkapan ikan juga ikut mempengaruhi berkurangnya produksi nelayan.

“PLTU ini menghasilkan limbah, padahal kebanyakan nelayan di daerah tersebut adalah ‘nelayan pinggiran’ yang mencari ikan di wilayah pinggiran, contohnya adalah di Cirebon dan Cilacap. Hasil tangkapan nelayan di sana berkurang akibat adanya PLTU,” tambahnya.

Kerusakan lingkungan yang terjadi akibat limbah PLTU ternyata berkorelasi positif terhadap penggunaan bahan bakar yang lebih banyak lagi oleh para nelayan. Hal ini karena para nelayan tersebut perlu untuk lebih jauh mencari ikan daripada waktu sebelumnya. Padahal penggunaan bahan bakar fosil ini juga turut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim.

“Misalnya di Cilacap, di mana ketika PLTU belum dibangun di sana, para nelayan hanya menggunakan 3 liter bahan bakar saja ketika melaut. Namun setelah ada PLTU, para nelayan mesti menggunakan bahan bakar hingga 15 liter. Padahal hasil tangkapan yang dihasilkan masih jauh dari yang dihasilkan sebelumnya,” Arif mencontohkan.

Sebelumnya, ada indikasi bahwa terjadinya perubahan iklim mengakibatkan respon yang besar terhadap penggunaan bahan bakar fosil oleh nelayan. Di mana penggunaan bahan bakar yang lebih banyak ini ditujukan nelayan agar lebih mudah mencapai lautan di tengah musim untuk melaut yang tidak jelas. Namun ternyata, peningkatan penggunaan bahan bakar ini bukan akibat perubahan musim saja. Sebab limbah PLTU juga mempengaruhinya.(prihandoko)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.