Bandarlampung, Ekuatorial – Dalam seminggu terakhir warga di Kabupaten Krui Provinsi Lampung yang berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) kerap didatangi harimau liar.

Purwo (38) warga Desa Talang Lintik mengaku sapinya raib dimakan satwa loreng itu. “Saya memang melepas sapi peliharaan untuk mencari rumput tapi sekembalinya saya sudah tidak melihat sapi saya lagi, malahan melihat jejak harimau tak jauh dari lokasi penggembalaan sapi,” ujar dia.

Selain di Desa Talang Lintik Kecamatan Pesisir Selatan, jejak harimau juga menghebohkan warga di Desa Way Redak Kecamatan Pesisir Barat. Sehingga warga yang memiliki ternak tak lagi berani melepas sapi-sapi peliharaannya.

Menurut anggota Wild Conservation Society (WCS), Ferry memelihara ternak dengan cara umbar memungkinkan harimau untuk datang, walaupun tidak sepenuhnya jadi faktor penyebab satwa tersebut turun dari kawasan hutan.

“Perlu pengamatan dari tim patroli apakah ada bukan lahan di hutan sehingga membuat harimau mendatangi pemukiman warga,” kata dia.

Sementara itu Ketua Seksi Wilayah II TNBBS, Iwin saat dikonfirmasi membenarkan bahwa penyebab turunnya harimau dari kawasan hutan karena maraknya perambahan hutan dan perburuan liar.

“Petani-petani kopi dan damar sedang membuka lahan saat tim kami turun ke lapangan,” kata dia.

Selain perambahan, tim patroli juga menemukan sling dan jerat yang menandakan bahwa di kawasan tersebut sedang marak perburuan liar.

“Sepertinya mereka mencari babi dan rusa. Itu kan hewan yang merupakan mangsaan harimau, jadi kemungkinan karena ketersediaan makanan di hutan telah menipis, sehingga harimau mulai mencari di tempat lain yang tidak lain adalah pemukiman warga,” ujar Iwin.

Sejauh ini, pihaknya mengaku kesulitan dalam menertibkan perambahan. “Hari ini kami pantau tidak ada perambahan tapi begitu kami tidak patroli mereka masuk lagi ke hutan,” katanya.

Antisipasi yang bisa dilakukan saat ini hanyalah sosialisasi dan pendekatan secara persuasif pada warga sekitar kawasan.
Menurut informasi yang dihimpunnya sebagian besar perambah justru berasal dari wilayah lain seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah serta lainnya.

“Dulu kami pernah penangkap perambah, tapi malah berbenturan dengan lembaga hak asasi manusia. Ini yang membuat kami bingung, satu sisi hutan harus lestari tapi berbenturan dengan HAM,” katanya.

Daerah yang menjadi pengintaian tim gabungan patroli adalah Wilayah Sekincau, Suwoh dan Rata Agung yang mengalami kerusakan hutan sangat parah. Eni Muslihah

Artikel Terkait :
Dilepasliarkan Harimau Sumatra Justru Sengsara
Harimau Sumatra Mati Mengenaskan
Empat Bayi Harimau Sumatra Lahir di Medan

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.