Karanganyar, Ekuatorial – Banyaknya sampah berserakan di sepanjang jalur pendakian Gunung Lawu, membuat kondisi menjadi kotor. Yang lebih parah lagi, kebanyakan sampah yang ditinggalkan adalah sampah non organic, seperti plastik yang sangat sulit di hancurkan. Seperti botol air mineral, bungkus nasi, bungkus mie instan dan masih banyak lagi.

Salah satu pendaki asal Karangannyar, Rifan mengaku sangat menyayangkan banyaknya sampah-sampah yang ditinggalkan oleh para pendaki terutama saat libur panjang beberapa waktu lalu. Rifan yang juga anggota dari Rescue Karanganyar Emergency menyatakan dengan tegas bahwa sampah-sampah tersebut sangat merusak lingkungan yang ada di sekitar gunung Lawu. Seharusnya ungkap Rifan, sebagai seorang yang mengaku pecinta alam, para pendaki harus juga perduli dengan lingkungan. Jangan meninggalkan sampah sembarangan.

“Sebagai pecinta alam harusnya bertindak dengan menjaga lingkungan, perduli dengan alam bukan justru meninggalkan banyak sampah yang bisa merusak kondisi lingkungan,” jelas Rifan kepada Ekuatorial, di posko Cemoro kandang, Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (24/5).

Melihat banyaknya sampah yang berserakan di sepanjang jalur pendakian, mulai dari posko satu 1 hingga posko empat, para pendaki yang tergabung dalam Paguyuban Pencinta Alam Bersatu (PPAB) melakukan resik-resik (bersih-bersih) jalur Pendakian Cemoro Kandang.

Dimana anggota Paguyuban Pecinta Alam Bersatu (PPAB) bersama dengan Rescue Karanganyar Emergency sebagai pendamping melakaukan pembersihan sampah dengan menyisir jalur pendakian di Cemoro Kandang belum lama ini.

Menurut Rifan, ada sekitar 225 anggota PPAB dan Karanganyar Emergency menyisir sepanjang jalur pendakian untuk membersihkan lokasi dari sampah berbahaya, seperti botol plastik yang tidak bisa diurai di dalam tanah.

“Kegiatan itu kita lakukan karena kita perduli dan cinta dengan alam. Kita tidak rela dan miris melihat gunung Lawu penuh sampah. Sebagai tuan rumah kita malu jika gunung Lawu itu dipenuhi sampah. Jangan kotori gunung dengan sampah,” tegas Rifan.

Para pendaki dihimbau agar setiap turun dari pendakian di puncak Lawu harus membawa sampah, setidaknya sampah milik dirinya sendiri sebagai bentuk kecintaan terhadap lingkungan.

“Sampah yang berhasil dikumpulkan sepanjang jalur pembersihan sebanyak satu truk sampah,” terang Rifan.

Selain itu sebagai bentuk keperdulian lingkungan di sekitar lereng Lawu, Pemkab Karanganyar juga sudah mencanangkan reboisasi jalur pendakian yang didananai APBD 2015 dengan program ‘Karanganyar Ijo Royo-royo’ dengan melakukan penanaman sekitar 3.500 bibit pohon eukaliptus di sepanjang jalur pendakian Gunung Lawu. Hasil dari pembersihan sampah di sepanjang jalur pendakian Gunung Lawu, sampah yang berhasil dikumpulkan para pencinta alam ini sebanyak satu truk ukuran besar.

Terpisah, Bupati Karanganyar, Juliyatmono beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa penting untuk menjaga ekosistem hutan di lereng gunung dengan menanan pohon ekalyptus yang memiliki multi fungsi, salah satunya untuk menjaga cadangan air tetap tersedia bagi penduduk di lereng gunung dan juga digunakan sebagai penanda jalur pendakian. Apalagi wilayah di lereng Gunung Lawu ini rawan terjadinya longsor bila musim penghujan. Sehingga bila tidak benar-benar dijaga, maka bisa mengancam penduduk dibawanya bila terjadi longsor.

“Pasalnya jenis pohon ini yang paling cocok untuk tumbuh di daerah pegunungan. Lokasi penanaman adalah di sepanjang jalur pendakian Cemoro Kandang dan dilanjutkan sampai pos empat,” terang Juliyatmono. Bramantyo

Artikel Terkait :
Deforestasi Hutan Gunung Lawu Sebabkan Krisis Air
Delapan Wilayah Kaki Gunung Lawu Rentan Longsor

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.