Bandarlampung, Ekuatorial – Provinsi Lampung mengalami kolaps sumber daya alam terbesar se- Sumatera. Hal itu menjadi sebuah kesimpulan dalam pertemuan gabungan NGO se-Sumatera yang tergabung dalam tim Reducing Emission from Forest Degradation and Deforestration (REDD), Senin (11/5).

Terungkap penyumbang krisis sumber daya alam tersebut adalah industri berbasis lahan seperti perkebunan, tambang dan jasa lingkungan.

Menurut Manager Project Kawan Tani Lampung, Novriansyah yang tergabung dalam tim REDD bahwa maraknya alih fungsi di Lampung tidak diimbangi dengan kesehateraan perekonomian masyarakat.

“Malah Lampung masuk ranking ke tiga termiskin di Sumatera setelah Bengkulu dan Aceh,” kata dia.

Dia menguraikan bahwa eksploitasi lahan hutan untuk sektor perkebunan mencapai 443.118,987 hektare (ha) kemudian pertambangan emas 40 ribu ha, dan sektor jasa lingkungan seperti pemanfaatan panas bumi mencapai 50.900 ha.

“Terkait pertambangan kami baru mengambil satu perusahaan saja, yakni Nataran Mining yang mengeksploitasi lahan kawasan register 39 yang berbatasan langsung dengan Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS),” kata dia.

Itu menurutnya, belum termasuk PT Karya Bukit Utama dan sejumlah penambangan lainnya baik legal maupun ilegal dan trandisional yang ada di Provinsi Lampung.

Di sisi lain penyebab kolapsnya sumber daya alam di Lampung karena disumbang oleh hak kelola rakyat yang mencapai 79.055,96 ha. “Hutan yang dikelola rakyat juga banyak yang berjalan tidak semestinya. Banyak diantara kelompok rakyat yang tidak melakukan penanaman tanaman keras,” ujar Novriansyah lagi.

Akibat pemanfaatan lahan rakus itu kini mulai dirasakan terancamnya ketahanan pangan masyarakat Lampung dan berkurangkan ketersediaan air bersih.

Tim REDD merekomendasi baik masyarakat yang mendapat hak pengelolaan hutan tanaman industri dan pemilik HGU untuk dilakukan audit terhadap aktivitasnya pengelolaanya.

“Kalau ada temuan pelanggaran cabut saja izinnya dan revisi tata ruang serta melakukan kajian lingkungan strategis yang harus dilakukan,” pungkasnya. Eni Muslihah

Artikel Terkait :
Dilema Pemenuhan Energi dan Kehutanan Lampung
Keluarga Tinggal Dekat Hutan Terus Bertambah
22 Bukit di Lampung Tereksploitasi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.