Sorong. Ekuatorial – Permasalahan air bersih di Kota Sorong, sebenarnya telah berlangsung sejak dikelola oleh perusahaan daerah, hingga akhirnya pelayanan distribusi selanjutnya dikelola swasta.

Tapi rupanya sekali pun telah dikelola swasta, perbaikan pelayanan kepada masyarakat belum optimal. Masih banyak permasalahan yang timbul dan di rasakan pengguna jasa PT. Tirta Remu. Seperti kewajiban membayar beban tiap bulan meski air tidak mengalir, air yang buruk kualitasnya, berbau dan keruh kehitaman, bahkan ada sebagian besar masyarakat yang tidak terlayani distribusi air ini, cenderung beli dari mobil tangki atau menggali sumur bor sendiri.

Kualitas Air Buruk
Sekalipun telah memiliki jaringan distribusi air di rumah, belum menjamin masyarakat dapat menikmati air tiap harinya. Seperti yang dialami warga RT 01/ RW 06, lorong I-Pondok Segeri, Kelurahan Remu Selatan. Distribusi air masih di rasa kurang di wilayah ini, seminggu hanya dua kali mengalir yaitu di hari Selasa dan Jumat. Kalau pun mengalir, air lebih sering keruh kehitaman dan berbau busuk. Bukan hanya itu saja, ada warga yang harus menerima kenyataan rumahnya tak teraliri air namun beban biaya harus tetap di bayar per bulannya.

Seperti yang di tuturkan Zubaedah (58), seorang ibu lima anak yang kesehariannya mencari nafkah dengan berdagang. Sebagai perempuan, air sangat penting dalam kehidupannya, selain untuk MCK, air juga penting untuk urusan perempuan.

“Tidak ada air itu susah. Saya harus bayar tiap bulan, tapi air tidak pernah mengalir, sudah dilaporkan tapi tidak di tanggapi. Sudah dua bulan saya tidak bayar air, sebab air tidak mengalir. Jadi saya harus beli air jerigen 20 liter yang harus dibayarnya Rp 2.000 per jerigen”, urainya, Kamis (28/5).

Hal senada juga dikeluhkan beberapa warga yang cenderung beli air bersih, bila mengetahui kualitas air yang mengalir buruk.

“Kalau ada yang teriak air bau, saya tidak mau tampung. Saya manfaatkan saja air hujan yang ada di bak atau saya beli saja di warga lain yang jual air,” kata Rabiah, yang bertahun,-tahun memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya akan air.

Air Tangki
Sudah terbiasa bagi warga Sorong melihat antrian mobil tangki ukuran 5.000 liter dan 1.200 liter di Jl. Basuki Rahmat kilo 8. Ini bukan mobil tangki minyak seperti dugaan, melainkan mobil tangki yang khusus melayani penjualan air bersih.

Menurut pengakuan saat ini ada 108 mobil tangki air yang telah terdaftar di PT.Tirta Remu, dengan retribusi per tahun sebesar Rp 400.000 hingga Rp 600.000.

Keberadaan armada mobil tangki air milik pribadi ini adalah untuk menjual air bersih ke masyarakat, dengan harga yang sangat bervariasi tergantung jarak dan besar kecilnya tangki. Harga yang dipatok sekali jalan tidak murah, berkisar Rp 120.000 hingga Rp 250.000.

“Biasanya untuk penjualan air dalam kota dengan tangki 5.000 liter dijual Rp 250.000 tapi harga untuk luar kota paling mahal Rp 1.500.000, ungkap Yusuf (48) yang telah menjalani profesi tersebut selama lima tahun.

Dirinya juga mengakui tiap harinya harus antri terlebih dahulu, sebelum dapat mengisi air yang dibelinya seharga Rpv55.000 dari PT. Tirta Remu, dengan keuntungan yang bisa dikantongi dirinya sebesar Rp 300.000.

Ironinya air yang digunakan untuk mengisi 108 mobil tangki ini justru dibeli dari PT.Tirta Remu, yang juga nelayani distribusi air bagi pelanggan di Kota Sorong. Dimana perusahaan tersebut dalam pelayanan dianggap belum optimal, serta tidak terbuka dalam memberikan informasi bagi masyarakat.

Hingga terakhir, PT. Tirta Remu tetap tidak menanggapi permintaan peryataan mengenai masalah ini. Niken Proboretno

Artikel Terkait :
Nelayan Sorong Makin Jauh Melaut
Bank Sampah Berkembang Pesat di Sorong
Sorong Alami Suhu Terpanas

1 comment found. See comment
Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

1 comment

Leave a comment