Tondano, Ekuatorial – Penemuan batu fosil kayu oleh warga Desa Tincep, Kecamatan Sonder, Minahasa, sempat membuat heboh masyarakat Minahasa pada umumnya. Penggalian kemudian dilakukan warga secara massif, yang akhirnya merusak hutan di kawasan itu.

Diketahui, hingga Senin (6/7) perburuan terhadap “Batu Fosil Tincep” terus dilakukan warga. Kawasan hutan yang berada tak jauh dari perkebunan warga kemudian digali untuk mendapatkan batu tersebut. Bahkan guna mendapatkan batu yang kini sudah ditotal seberat 700 kilogram (kg) itu, sebuah lobang galian sepanjang 20 meter (m) menganga di kawasan hutan. Sejumlah areal perkebunan warga juga ikut rusak akibat perburuan batu itu.

Kepala Desa Desa Tincep, Rommy Dapu saat dikonfirmasi tak menampik hal tersebut. “Warga memang terus melakukan perburuan batu fosil. Sudah kami ingatkan, namun masih sulit menghentikan,” ujar Rommy.

Dia menambahkan, meski sebuah lubang yang menjadi pusat penggalian batu itu sudah dipenuhi air, namun tak menghentikan upaya warga untuk terus melakukan penggalian.

Seperti diketahui, penemuan fosil batu oleh warga Desa Tincep, Kecamatan Sonder, Minahasa, seakan menenggelamkan batu akik Sojol “Hercules” Palu. Selain dapat mengangkat beban manusia dan sepeda motor, fosil Tincep tersebut mempunyai khasiat dalam pengobatan dan menghilangkan racun. Warga juga meyakini, untuk penderita sakit kepala, jika meminum air dari fosil tersebut tidak lebih dari lima menit langsung hilang sakitnya.

Hal ini dibenarkan dibenarkan Rommy. “Ini berkat bagi warga Tincep dan masyarakat Minahasa secara keseluruhan. Dengan adanya penemuan fosil ini, Desa Tincep akan semakin dikenal melalui batu ini, tidak kalah dengan Bacan maupun Palu,” ungkap dia.

Selanjutnya Johny Pontoh dan Landi Suwawa, dua warga Desa Tincep menceritakan penemuan fosil tersebut. “Penemuan fosil ini melalui petunjuk mimpi. Dalam mimpi saya bertemu dengan seorang kakek. Selanjutnya kakek mengajak saya. Penasaran saya tanyakan kepada kakek, maksud memanggilnya,” ujar Johny Pontoh.

Berawal dari situlah, warga Tincep mulai melakukan perburuan terhadap batu fosil. Yang kini total sudah mencapai lebih dari 700 kg. Ketika ditanya harga jual fosil tersebut, mereka menyebutkan hanya dihargai Rp 250.000 per kg. Yoseph Ikanubun

Artikel Terkait :
Penggalian Batu Akik Rusak Hutan Wonogiri

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.