Karanganyar, Ekuatorial – Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah memprediksi adanya peningkatan sampah selama musim libur lebaran. Penambahan volume sampah tersebut dianggap rutin terjadi saat lebaran tiba. Diprediksi volume sampah naik 20 persen mulai sepekan menjelang lebaran sampai beberapa hari sesudahnya.

Sejumlah titik fasilitas umum diduga akan menjadi penyumbang sampah terbanyak. Termasuk didalamnya lokasi wisata, rumah makan, juga hotel yang semakin menjamur secara otomastis akan menambah beban sampah baru.

Kepala Dinas Kebersihan Dan Pertamanan (DKP) Karanganyar, Titis menyebutkan volume sampah di Karanganyar bisa dipastikan akan meningkat tajam. Selain sampah dari rumah tangga dan juga akumulasi dari sampah yang tidak terangkut selama libur Lebaran.

Titis juga memastikan volume sampah akan meningkat terutama di lokasi wisata. Pasalnya daerah lima Kabupaten di luar Karanganyar di sekitar Karanganyar baik itu , Sukoharjo, Wonogiri, Boyolali bahkan Sragen dan juga Klaten, dan kota Solo pasti akan berkunjung ke obyek wisata Tawangmangu.

“Kita sudah mengantisipasinya dengan mengusahakan TPS-TPS di Karanganyar dalam kondisi kosong. Itu upaya kita, target kami harus bisa terangkut, meski sebenarnya ada sebagian wilayah itu masuk Kabupaten lain,” ungkap Titis saat ditemui Ekuatorial, di Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (20/7).

Titis mengungkapkan volume sampah di Karanganyar sebanyak 415 meter kubik per hari yang masuk ke TPA Sukosari. Sampah tersebut berasal dari tujuh kecamatan yakni Colomadu, Jaten, Kebakkramat, Karanganyar, Tasikmadu, Gondangrejo dan Karangpandan. Dan jumlah itu mengalami kenaikan sepanjang musim libur lebaran tiba.

“Setiap hari, volume sampah yang masuk ke TPA Sukosari sekitar 415 meter kubik dan belum termasuk sampah-sampah yang berasal dari pasar-pasar dari seluruh Karanganyar,” lanjut Titis.

Menurut Titis penyumbang sampah terbesar di Karanganyar dan lokasi yang sering terjadi penumpukan sampah ada di Colomadu. “Dari total 425 meter kubik sampah per hari, sekitar sepertiganya dari Colomadu. Sampah-sampah itu berasal dari rumah tangga kawasan perumahan,” jelasnya.

Untuk mengoptimalkan agar usia TPA bisa tahan lama, TPA juga melakukan pengelolaan sampah TPA komunal yang bekerja sama dengan masyarakat atau pemulung yang kesehariannya ada di lokasi TPA.

Terkait masalah usia lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukosari di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Karanganyar diperkirakan masih bisa bertahan untuk menampung sampah di Karanganyar sampai 20 ke depan.

Selain itu, papar Titis pengelolaan TPA Sukosari menerapkan sistem control landfill, yakni sampah dihamparkan kemudian ditimbun secara berkala. Dan itu juga menjadi masalah, harus diapakan lagi. Sebab jika dibiarkan terus dengan kondisi seperti itu pastinya akan semakin memperpendek usia TPA.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukosari di Kecamatan Jumantono milik Pemkab Karanganyar menjadi salah satu percontohan dalam pengelolaan sampah tentang di eks Karesidenan Surakarta dan Jawa Tengah.

Pihak DKP sendiri memiliki program memanfaatkan sampah yang ada di lokasi TPA, yakni dengan pembuatan rumah kompos. Meski dalam skala kecil kompos yang di hasilkan dari pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukosari Jumantono mampu menghasilkan pupuk organik.

“Rumah kompos masih berjalan di TPA Sukosari, namun kapasitasnya kecil dan disesuaikan dengan alat yang kita miliki,” paparnya.

Pembuatan kompos di lokasi TPA dilakukan dengan metode komposting. Yakni proses pembusukan sampah organik dengan pemberian obat di gudang bersuhu sedang.

Prosesnya menbutuhkan waktu sampai menghasilkan prosesnya menghasilkan material berbentuk serpihan. Sistem tersebut merupakan teknologi pengelolaan sampah terpadu. Sampah yang ada didaur ulang, lalu dimanfaatkan komposnya sementara residu atau sisanya dibuang.

Waluyo, seorang pemulung di TPA Sukosari mengatakan dalam sehari dia bisa mengumpulkan sampah non organik seperti sampah bekas kemasan air mineral baik dari dari plastik maupun kaca. Di lokasi tersebut ada sekitar 100 orang yang menggantungkan hidupnya di TPA Sukosari sebagai pemulung sampah. Bramantyo

Artikel Terkait :
Volume Sampah Bulan Puasa Meningkat
Sampah Gunung Lawu Capai Satu Truk
Sampah Ancam Pariwisata Bunaken

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.