Sorong, Ekuatorial – Angin kencang disertai udara dingin hingga Selasa (7/7) masih sangat dirasakan warga Sorong terutama di pagi, siang hingga sore hari. Bahkan suhu udara bisa mencapai 20 derajat Celsius, cukup dingin bagi warga Sorong, Papua.

Menurut prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi kelas 1 Sorong, Adi Saputra, secara klimatologi sebenarnya Sorong telah memasuki musim kemarau.

“Secara keseluruhan Indonesia memang saat ini telah musim kemarau disertai pola angin di wilayah Indonesia timur lebih kencang, dengan suhu udara yang lebih dingin akibat adanya tekanan tinggi di Australia sedangkan di Asia rendah,” kata Adi.

“Sementara suhu 20 hingga 22 derajat Celcius sangat terasa di dini hari hingga pukul 7 pagi dengan suhu rata-rata 28 hingga 33 derajat Celsius”, ungkapnya.

Gelombang Tinggi
Dirinya bahkan menambahkan bila perbedaan tekanan inilah yang menyebabkan angin kencang dan suhu dingin terasa, bahkan memicu terjadinya gelombang tinggi yang patut di waspadai terutama bagi kapal kecil dan perahu nelayan.

“Tiap harinya dengan kecepatan rata-rata 12 knot atau 25 km/jam hingga 40 km/jam, ini merupakan peringatan dini bagi wilayah perairan selatan kepala burung atau selatan Papua,” ujar Adi.

Dari kejadian tersebut diperkirakan akan ada gelombang tinggi rata-rata dua hingga tiga meter bahkan bisa mencapai lima meter yang bisa membahayakan kapal kecil atau kapal nelayan.

Tapi rupanya kekhawatiran akan ombak ini tidak berpengaruh bagi nelayan atau pun pedagang kelapa dari Pulau Soop, Sorong. Rutinitas harian mereka tetap tidak berubah. Dalam pantauan Ekuatorial mereka tetap saat pagi pergi ke Sorong, senja baru pulang ke Pulau Soop.

Seperti itu juga yang dituturkan Vero Burdam, seorang perempuan yang tiap harinya pulang pergi berjualan kelapa menggunakan perahu kecil 15 pk.

“Sekarang ini memang musim ombak musim selatan. Ombak memang tapi torang biasa sebelum pergi liat tanda-tanda dari alam, seperti angin atau pasang surutnya air laut. Saya biasa tra jualan ke Sorong justru pas hujan. Kalau ombak saya biasa tetap pergi, ” kata Vero.

Vero sendiri harus menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit menggunakan perahu 15 pk, untuk berjualan kelapa hasil kebunnya untuk di jajakan di Sorong. “Saya biasa pergi jam 6 pagi, pulang sekitar jam 6 sore, saya bawa 100 butir kelapa trus kalau kembali ke pulau saya tunggu angin reda sedikit., saya sudah biasa dengan laut berombak.”

Sementara itu Meky Beritabui (40) nelayan dari pulau Soop juga menyatakan bahwa laut yang berombak ini buat dirinya hanya bisa mencari di sekitar pulau saja. “Kalau angin begini saya mencari dekat saja, kalau lagi teduh saya mencari sampai pulau Rumbabo dan paling lama saya pergi mencari 1 minggu”.

Meky juga menambahkan kalau angin Selatan dirinya dapat sedikit ikan sehingga harga jual pun jadi tinggi. Niken Proboretno

Artikel Terkait :
Nelayan Sorong Makin Jauh Melaut

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.