Manado, Ekuatorial – Akibat kemarau panjang yang melanda lebih dari sebulan terakhir, ribuan hektare lahan dan hutan di Sulawesi Utara terbakar. “Kami perkirakan, sekitar 1.176 hektare yang terbakar hingga pekan pertama September,” kata Kepala Dinas Kehutanan Sulawesi Utara, Herry Rotinsulu.

Berdasarkan pantauan titik panas selama Januari hingga Agustus, terindikasi 120 titik kebakaran di wilayah Sulawesi Utara. Luasan wilayahnya bervariasi dari 5 hektare hingga ratusan hektare. “Puncak titik panas diprediksi bulan ini,” kata Rotinsulu.

Di kawasan Kampung Salili, Kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Sitaro, 10 hektare lahan perkebunan warga terbakar pada 9 September 2015.

Menurut Vian Hermanses, warga setempat, sebagian besar kawasan yang terbakar merupakan rumput kering. Api merembet dan menghanguskan tanaman pala, cengkih, dan kelapa produktif di sekitarnya. “Kami menduga api berasal dari gubuk di kawasan perkebunan. Mungkin api tidak sempat dipadamkan, saat angin kencang bertiup api membakar rumput dan pohon sekitar,” kata dia.

Sebagai upaya menanggulangi kebakaran di Kampung Salili, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sitaro menerjunkan satu tangki air milik PDAM dan beberapa kendaraan penjual air.

Sekretaris BPBD Sitaro, Roy Laheba, mengatakan bahwa di wilayah Kabupaten Sitaro yang berjarak 146 kilometer dari ibu kota Sulawesi Utara, Manado, belum tersedia armada pemadam kebakaran. Pihaknya masih mengandalkan mobil tangki PDAM dan peralatan seadanya milik warga.

Selain Kabupaten Sitaro, kebakaran juga melanda Kabupaten Minahasa Selatan. Hingga pekan pertama September, sudah 200 hektare lahan perkebunan yang terbakar. Sedangkan di Kota Tomohon, 300 hektare Hutan Produksi Terbatas Tatawiran juga terbakar selama episode kebakaran tahun ini, Bitung 280 ha, Minahasa 300 ha, Manado 50 ha, Minahasa Utara 20 ha, Bolaang Mongondow Utara 72 ha, dan Talaud ha.

“Lahan yang kering ditambah panas matahari membuat lahan mudah terbakar. Dalam pekan ini saja sudah tiga kali terjadi kebakaran,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Minahasa Selatan, Adri Repi, Rabu (9/9). Adapun, potensi kebakaran tinggi mengingat musim kemarau masih panjang. Yoseph Ikanubun

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.