Palangkaraya, Ekuatorial – Titik panas Kalimantan Tengah melonjak tajam hanya dalam waktu tiga hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memantau 23 titik yang terindikasi sebagai kebakaran hutan dan lahan pada 7 September 2015. Jumlahnya naik menjadi 1.295 titik pada 9 September 2015.

Menurut prakirawan BMKG Palangka Raya, Alfond, pihaknya tidak menyangka perbedaannya bisa begitu signifikan dalam sehari.

“Satu kali 24 jam kami terus memantau dan menilai. Penyebabnya bisa beberapa faktor, salah satunya cuaca,” kata dia, Rabu (9/9) sore. Parameter cuaca yang mempengaruhi antara lain suhu tinggi, kelembapan rendah, dan curah hujan minim.

Alfond menambahkan, saat ini proses penyemaian hujan buatan masih sulit. “Kelembapan udara sangat rendah, jadi karena itulah sangat sulit kalau ingin melakukan hujan buatan,” kata dia. Diperkirakan sampai sepekan ke depan kondisi masih belum memungkinkan.

Sementara itu, alat pemantauan kualitas udara yang ada di Palangka Raya masih rusak. Alat tersebut mengidentifikasi konsentrasi partikel debu berukuran lebih kecil dari 10 mikron (PM10). Pada level berbahaya, konsetrasinya melebihi 150 mikrogram per meter kubik.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangka Raya, Rawang, menguraikan bahwa paparan kabut asap di udara mengandung lima jenis zat berbahaya, yakni PM10, SO2, CO, O3, dan NO2. “Sebenarnya kelimanya terpantau di alat ISPU. Untuk saat ini, kondisi udara di Kota Palangka Raya berada pada level 137,” kata dia. Maturidi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.