Ekuatorial, Le Bourget – Pemerintah-pemerintah dunia mencapai kesepakatan bersejarah di Paris untuk membatasi kenaikan suhu di bawah 2 derajat Celsius.

Sekitar pukul 19.30 waktu setempat, naskah Kesepakatan Paris diadopsi. “Kesepakatan pertama dalam sejarah negosiasi iklim dan sebuah lompatan besar bagi umat manusia,” ujar Presiden Prancis Francois Hollande di Le Bourget, Paris, Sabtu (12/12).

Adapun, komitmen bersama tersebut bertolak dari kekhawatiran masyarakat dunia akan laju kenaikan suhu global yang dipicu oleh tingginya konsumsi sumber energi berbahan fosil.

Tahun ini, suhu rata-rata Bumi telah naik 1 derajat Celsius lebih tinggi dari tahun 1800-an. Sejumlah wilayah negara kepulauan mulai tenggelam dan cuaca ekstrem yang menimbulkan kerugian ekonomi besar makin kerap muncul.

Keputusan yang dicapai di Paris ditanggapi positif kelompok pemerhati lingkungan. Mereka menilai, paket Kesepakatan Paris merupakan langkah maju bagi upaya mengatasi perubahan iklim. Namun, ke depan tetap perlu diawasi pelaksanaan janji dari semua negara yang bersepakat.

Kesepakatan Paris juga dinilai mampu mengendurkan ketegangan antara negara industri maju dan negara berkembang, yang sempat meruncing di tahun 2009. Pada saat itu, kedua belah pihak saling tunjuk soal siapa yang harus mulai mengambil langkah pertama dalam mengatasi perubahan iklim.

“Keinginan prinsipil Indonesia sudah tertampung,” ungkap Ketua Delegasi Indonesia, Rachmat Witoelar. Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya menyampaikan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berusaha mencatat seluruh atribut kunci dalam kesepakatan untuk kemudian dibahas lintas sektor sampai ke tingkat provinsi dan kabupaten. Clara Rondonuwu

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.