“…here I rejoice to tell you what I consider as the greatest prodigy of the vegetable world… to tell you the truth, had I should, I think i have been fearful of mentioning the dimensions of this flower, so much does it exceed every flower I have ever seen or heard of ….now for the dimensions which are the most astonishing part of the flower. It measures a full yard across…”
Petikan kalimat tersebut dikutip dari surat Dr. Joseph Arnold -dokter dan penjelajah di abad ke-19- kepada seorang temannya yang menggambarkan ketakjubannya saat pertama kali melihat bunga ketika perjalanan ekspedisi ke pedalaman Manna pada tahun 1818. Manna, saat ini merupakan bagian dari Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Bunga itu kemudian dikenal dengan nama Rafflesia arnoldii, bunga tunggal terbesar di dunia. Nama tersebut berasal dari gabungan nama Dr. Joseph Arnold dan pemimpin ekspedisi tersebut Sir Thomas Stamford Raffles.
Tidak lama setelah penemuan Rafflesia arnoldii, Dr. Joseph Arnold meninggal dalam ekspedisi di Bengkulu tersebut karena penyakit malaria. Meski demikian, surat tersebut menjadi catatan sejarah bagaimana spesimen pertama Rafflesia yang berhasil diungkapkan ke dunia.
Meski belakangan diketahui penemu Rafflesia pertama adalah Louis Auguste Deschamps, ilmuwan Perancis yang pernah meneliti di Indonesia selama 11 tahun. Antara 1792-1794 ia menetap di Pulau Jawa dan menemukan Rafflesia. Jenis yang ditemukan saat itu adalah jenis yang sekarang dikenal sebagai Rafflesia fatma. Sayangnya spesimen yang dibawanya kemudian menjadi pampasan perang.
Meski demikian, karena penamaan bunga jenis tersebut untuk pertama kalinya dilakukan untuk jenis yang ditemukan oleh Dr. Joseph Arnold dan Sir Thomas Stamford Raffles yakni Rafflesia arnoldii, maka nama Rafflesia tetap digunakan hingga saat ini. Nama Rafflesia arnoldii ditetapkan beberapa tahun setelah penemuannya dan dipublikasikan pada the Transaction of the Linnean Society tahun 1821.
Penemuan tersebut menjadi awal mula penetapan famili Rafflesiacea. Selanjutnya, ditemukan jenis baru Rafflesia dari Jawa, Kalimantan, Thailand Selatan, semenanjung Malaya, dan Filipina. Rafflesia arnoldii sendiri adalah jenis yang terbesar di dunia dengan diameter 70-110 cm.
Rafflesia adalah tumbuhan yang penuh misteri. Rafflesia tidak memiliki batang, daun dan akar sejati, hanya ada kuncup atau bunga. Rafflesia merupakan tumbuhan parasit sempurna yang sangat tergantung dengan inangnya. Oleh karena itu, sebaran Rafflesia mengikuti sebaran inangnya. Selama inangnya masih ada di dunia ini, Rafflesia masih mungkin untuk kembali mekar.
Sumatera Surga Bagi Rafflesia
Setelah penemuan Rafflesia arnoldii pada 1818 di hutan Bengkulu dan menjadi awal munculnya famili Rafflesiaceae di dunia, hingga saat ini telah dideskripsikan setidaknya 31 jenis Rafflesia di dunia.
Pakar Rafflesia, yang juga dosen jurusan kehutanan, Universitas Bengkulu Dr.Agus Susatya mengkonfirmasi dari 31 jenis Rafflesia yang ada di seluruh dunia, 15 di antaranya berada di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 11 jenis berada di Sumatera. Hampir separuh jenis Rafflesia di dunia berada di hutan hujan tropis Sumatera. Hutan Sumatera adalah surga bagi sebagian besar jenis Rafflesia termasuk Rafflesia arnoldii, anggota famili Rafflesiaceae yang pertama dideskripsikan dan yang paling besar di dunia.
Di Provinsi Bengkulu terdapat 5 jenis Rafflesia, termasuk jenis terbaru yang ditemukan Agus Susatya pada tahun 2017, diberi nama Rafflesia kemumu. Susatya hingga saat ini telah menemukan dan mendeskripsikan 3 jenis Rafflesia baru, yakni Rafflesia bengkuluensis pada 2005, Rafflesia lawangensis pada 2010 dan terakhir Rafflesia kemumu.
“Sebaran Rafflesia di Bengkulu tercatat dari Kabupaten Kaur hingga Bukit Barisan, Kabupaten Seluma, Bengkulu Tengah, Lebong hingga Taman Nasional Bukit Gadis,” kata Susatya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (16/10/2017).
Sumatera menjadi habitat bagi sebagian besar Rafflesia. “Secara teori, sebaran yang pernah dicatat ada di beberapa hutan di Sumatera. Ada 11 jenis berada di Sumatera, untuk Rafflesia arnoldii, laporan terbanyak dari Bengkulu.”
Khusus Rafflesia arnoldii, laporan terbanyaknya berasal dari Provinsi Bengkulu. Meski pernah dilaporkan dari Kalimantan dan Serawak, Malaysia. Tapi laporan tersebut diragukan, karena tidak adanya herbarium atau material tumbuhan spesimen yang dikumpulkan dari daerah tersebut. Hingga saat ini, Rafflesia arnoldii memang sepenuhnya entitas asli dari Indonesia yang menjadi ikon bagi Provinsi Bengkulu dan dimasukan dalam lambang daerah Provinsi Bengkulu. Sudah sepatutnya Indonesia bangga memiliki bunga terbesar di dunia ini.
Tabel 1 Sebaran Rafflesia di Provinsi Bengkulu.
Sumber: Departemen Kehutanan, 1997, Agus Susatya, 2002 dan Zuhud, 1998.
No | Nama Tempat | Kabupaten |
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 |
Dusun Baru
Ketenong II Air Musno Danau Tes Taba Rena Beringin Tiga area Suban Ayam Bukit Kaba Cagar Alam Pagar Gunung (I, II, and III) Gunung Bungkuk Cagar ALam Taba Penanjung (I and II) Kemumu Hutan Lindung Bukit Daun Talang Empat Bukit Hitam Padang Capo Area Kedurang Area Padang Guci Hulu Talang Tais Muara Sahung |
Muko-Muko
Lebong Lebong Lebong Rejang Rejang Rejang Rejang Kepahiang Bengkulu Utara Bengkulu Utara Bengkulu Utara Bengkulu Utara Bengkulu Utara Bengkulu Utara Seluma Bengkulu Selatan Kaur Kaur Kaur |
Dengan ditemukannya 4 jenis lain Rafflesia di Provinsi Bengkulu, Provinsi Bengkulu menjadi ‘rumah’ yang sangat penting bagi 5 jenis Rafflesia. Secara umum, Pulau Sumatera itu sendiri adalah tanah yang harus dijaga kelestariannya demi keberadaan 11 jenis Rafflesia.
RICKY JENIHANSEN B
Liputan ini merupakan bagian dari Fellowship Biodiveristy Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ). Didukung oleh Internews