Posted in

IKLIM BERUBAH, TEKNOLOGI TERBARUKAN SEMAKIN JADI TREN

thumbnailBukan hanya baju yang ada trennya.  Investasi teknologi terbarukan pun makin jadi tren di seluruh dunia gara-gara konsekuensi Deklarasi Kankun 2009. Di Indonesia, Jerman sudah bersiap dengan teknologi panas buminya.
Jakarta- Membuka September 2011,  Komite Eksekutif Teknologi UNFCCC (United Nations Framework Convention of Climate Change) memulai rapat pertama mereka di Bonn, Jerman.  Rapat perubahan iklim tingkat dunia ini sebagai implementasi  Deklarasi Kankun 2009, yang sepakat membentuk sebuah komite eksekutif teknologi  atas nama peningkatan investasi  untuk pengembangan, persiapan, pemerataan dan transfer teknologi terbarukan di  seluruh dunia.
“Tantangan yang kita hadapi sekarang tidak lain adalah transformasi ekonomi dunia ke jalur yang lebih hijau dan berkelanjutan. Teknologi – baik untuk adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim- tidak bisa tidak menjadi pusat dari semua transformasi ini,” kata Christiana Figueres, Sekretaris Jenderal UNFCCC, dalam pernyataan persnya, 1/9.
Dan selama 3 hari, 20 pakar yang tergabung dalam komite itu akan membahas  bagaimana jaringan teknologi pusat perubahan iklim ini akan dijalankan. Tentunya agar perseteruan kelompok negara maju lawan negara berkembang tentang transfer teknologi terbarukan tak terus berulang.
Dan bagai bersiap-siap sebelumnya, seminggu pada akhir Agustus 2011, sekelompok anggota parlemen multi partai Jerman telah bertandang ke Jakarta. Mereka hadir menyatakan  komitmen swasta Jerman berinvestasi penuh untuk pengembangan pembangkit tenaga listrik panas bumi di Indonesia.
“Indonesia yang memiliki potensi  geothermal terbesar di dunia membuat Jerman berani berkomitmen melanjutkan investasi teknologi hijau kami di negara ini, yang  secara total akan kami kucurkan 3 Miliar Euro,” kata Helga Daub, Kepala Kunjungan Rombongan Anggota Parlemen Jerman, 24/8 di Jakarta.
Minat Jerman memang bukan barang baru. Sejak Januari 2011, Bank Pembangunan Jerman KFW Bankengruppe sudah duluan mengucurkan hibah 7,72 juta Euro  untuk membangun pembangkit listrik tenaga bumi yang akan dilakukan dalam bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Swasta Jerman.
Nah, menyusul dana hibah itu, Agustus lalu sekelompok anggotaparlemen Bundestag  berkunjung khusus menyatakan komitmen Jerman berinvestasi di teknologi panas bumi nusantara hingga total 3 Miliar Euro. Untuk menyambut rencana Pemerintah Indonesia yang akan membangun pembangkit panas bumi berdaya 12 ribu megawatt (MW) hingga 2025. Ini artinya pasar teknologi ini terbentang luas, karena pembangkit listrik panas bumi di nusantara hingga kini hanya berdaya 423 MW saja. Sisanya masih terpendam bagai berlian di balik tanah.
Jerman pun tak tanggung-tanggung. Hak investasi panas bumi di nusantara ini bagai diklaim duluan lewat kontrak kerjasama Jerman-Indonesia di bidang panas bumi, REDD (Reduction Emission from Deforestation and Degradation) dan perlindungan iklim perkotaan awal 2011. Uwe Kukeritz, Anggota Parlemen Jerman dari Grup Parlementer Hijau yang ikut dalam kunjungan ke Jakarta, bahkan menyatakan mereka terus memastikan pengembangan teknologi panas bumi nusantara ini benar-benar terjadi.
“Kalau ada kelompok skeptis yang menyatakan investasi ini tidak akan menguntungkan, hey, dulu mereka juga bilang begitu saat kami mulai membangun pembangkit listrik tenaga angin di Hutan Hitam. Tapi toh, lihat sekarang hasilnya,” kata Kukeritz.
Dimulai dari Hutan Hitam di Bavaria, Jerman berhasil membuktikan efektifitas teknologi pembangkit listrik tenaga angin  dan solar mereka sekaligus menjadikan Jerman sebagai negara paling unggul untuk urusan teknologi terbarukan di dunia. Komitmen Jerman ini didukung secara politis oleh Partai Hijau, sebagai salah satu partai terbesar negeri itu.
Dukungan politis ini cukup kuat hingga anggota Partai Hijau  yang kini menjadi Kanselir Jerman, Angela Merkel tak peduli kebijakan energi  Jerman bikin sewot sekutu mereka yang pro nuklir dan pro bahan bakar fosil, Amerika Serikat. Pada 2010 Merkel mengumumkan target nasional menggeser semua sumber energi Jerman menjadi energi terbarukan pada 2030. Tak lama setelah Bencana Nuklir Fukushima di Jepang awal 2011, Merkel lagi-lagi berteriak menyatakan Jerman anti nuklir dan tak akan memasukkannya dalam rancangan teknologi terbarukan mereka.
Dan Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral , Hasrul Laksamana Azahari mengakui hingga kini Indonesia masih berposisi sebagai negara pasar bagi sepak terjang teknologi Jerman itu di dunia.
“Sebenarnya bukan gara-gara kita tidak mampu membuat teknologinya, tapi gara-gara investasinya cukup besar,” kata Hasrul.
Membangun pembangkit listrik panas bumi menurut Hasul butuh dana 4 kali lebih besar daripada pembangkit listrik bahan bakar fosil. Sekalipun setelahnya, biaya operasi  pembangkit listrik panas bumi akan merosot jauh lebih murah.

Namun tetap hingga kini belum ada politisi Indonesia yang berani pasang badan berjibaku melancarkan investasi pembangkit listrik panas bumi karya anak negeri.
“Mungkin Indonesia perlu partai hijau juga,” kata Kukeritz, menyetus.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.