Posted in

JEPANG NYATAKAN SIKAP SOAL KP DAN KOMITMEN KEDUA

thumbnailDutabesar Jepang untuk Masalah Lingkungan Global Masahiko Horie mengatakan, negaranya tidak bermaksud sama sekali mengabaikan Protokol Kyoto.  Tapi tidak sepakat dengan komitmen kedua untuk implementasi protokol itu.

“Kami tidak ingin mengubur Protokol Kyoto,”kata Horie pada konvensi UNFCCC di Durban, Afrika Selatan. Tetapi, tambahnya, penolakan Jepang adalah pada komitmen kedua Protokol Kyoto.

Sikap Jepang yang disampaikan Horie adalah perkembangan terbaru,setelah pada COP16 tahun lalu di Cancun, Meksiko bersama Canada dan Rusia, ketiganya menolak adanya komitmen kedua untuk Protokol Kyoto.  Sikap ini telah menimbulkan kekhawatiran para pihak dalam COP17, bahwa Durban akan menjadi “kuburan” bagi protokol yang justru dihasilkan di Kyoto, bekas ibukota Jepang, tahun 1997 lalu.

Hingga minggu kedua pelaksanaan COP17, hanya Uni Eropa, Swiss, Norwegia, Australia dan Selandia Baru yang tetap menyatakan perlunya komitmen kedua Protokol Kyoto. Komitmen ini akan meliputi periode empat tahun yaitu 2012 hingga 2016.

Terkait dengan tawaran beberapa negara itu, Jepang mengatakan, tanpa melibatkan negara-negara emiter besar seperti China, Amerika dan India, komitmen kedua itu tak akan banyak berarti.

“Total emisi dari negara-negara Annex I saat ini hanya 26 persen,”katanya,”terlalu kecil untuk mempertahankan kenaikan suhu bumi maksimal 2 derajat Celsius.” Horie menyebut emisi China saja saat ini sudah 24 persen dari total emisi global, Amerika Serikat 24 persen dan INdia mencapai 5 persen.

Horie juga menambahkan, bila Jepang menyetujui komitmen kedua Protokol Kyoto  pada 2012-2016, maka kondisi tersebut tidak akan mengubah keadaan yang ada, malah mempertahankan situasi yang tidak menguntungkan bagi reduksi emisi global.

Menyinggung partisipasi JEpang dalam program penurunan emisi global, Horie menjelaskan bahwa negaranya sampai akhir tahun 2011 ini sudah menyalurkan 12,5 miliar Dolar dalam 600 proyek di 95 negara, untuk membantu program mitigasi, adaptasi dan program lain terkait perubahan iklim. Jepang, katanya, juga telah menyampaikan komitmen resmi untuk memberikan 15 miliar Dolar dalam skema pendanaan fast start finance. Skema ini merupakan hasil kesepakatan Copenhagen Accord yang meliputi dana senilai 30 miliar Dolar, dalam periode 2010-2012. (IGGM)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.