Boyolali, Ekuatorial – Ancaman kebakaran hutan pada musim kemarau juga mengancam Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM). Untuk mengantisipasinya, Balai TNGM kemudian membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA), untuk mengatasi kebakaran di kawasan hutan Gunung Merbabu.

Gunung Merbabu memiliki ketinggian 3.142 meter di atas pemukaan laut (mdpl). Mencakup tiga wilayah di antarannya Semarang, Magelang dan Boyolali masuk dalam konservasi TNGM. Selain itu Gunung Merbabu juga merupakan lokasi konservasi dan penelitian alam, yang memiliki luasnya sebanyak 5.725 Hektare (ha). Sehingga kelestariannya harus benar-benar dijaga total.

Koordinator Perlindungan Balai TNGM, Kurniadi Wirawan mengatakan di Gunung Merbabu hanya Balai TNGM yang murni menjaga kelestarian hutan. Sehingga keterlibatan masyarakat yang ada di bawah lereng Gunung Merbabu sangat dibutuhkan sekali.

Saat ini MPA yang terbentuk tersebar di 10 titik yang ada di tiga wilayah Gunung Merbabu. MPA tersebut beranggotakan masyarakat sekitar yang benar-benar memahami seluk beluk dari Gunung Merbabu dan para relawan yang juga memahami Gunung Merbabu.

“Masyarakat Perduli Api (MPA) itu sifatnya relawan dan tidak kita gaji,” jelasnya saat ditemui Ekuatorial di Boyolali, Jawa Tengah, Senin (26/10).

Lebih lanjut Wirawan menjelaskan Masyarakat Peduli Api (MPA) sangat membantu untuk mengamankan hutan. Karena baik BTNGM dan masyarakat memiliki dua kepentingan dan keduannya saling membutuhkan satu sama lain.

“Kepentingan Kita yaitu mengamankan hutan, dan masyarakat juga tergantung pada kawasan hutan. Karena mereka mengambil air dari situ,” ungkapnya.

Wirawan juga mengungkapkan ada tiga tahap yang harus dilalui untuk melakukan pengendalian kebakaran hutan. Pertama adalah pencegahan, kemudian pemadaman kebakaran dan ketiga penanganan pasca kebakaran hutan.

Untuk pencegahan kebakaran hutan, secara rutin dari Balai TNGM melakukan penyuluhan, sosialisasi, kemudian ada apel siaga kebakaran, juga penyegaran Masyarakat Peduli Api (MPA) juga menyediakan alat pemadaman kebakaran.

Apel siaga kebakaran hutan tersebut lebih digiatkan lagi menyusul terjadinya kebakaran hutan yang terjadi pada akhir bulan September sampai awal Oktober 2014 lalu. Dimana kebakaran itu melumat semak belukar dan padang rumput di kawasan TNGM.

Apalagi kondisi kemarau yang cukup panjang membuat semak dan rerumputan yang ada di TNGM sebagian mengering. Sehingga tak menutup kemungkinan kebakaran itupun bisa kembali terulang. Kebakaran bisa mengancam pepohonan yang ada di Gunung Merbabu seperti tanaman akasia, pinus, dan juga cemara.

“Kebakaran saat itu menyisakan kerusakan lahan yang lumayan parah. Luas lahan yang terbakar mencapai 151,98 ha,” jelasnya lagi.

Himawan menjelaskan saat kebakaran tersebut awal mula titik kebakaran terjadi di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Kemudian api menyebar hingga merembet ke wilayah Kabupaten Boyolali, dan juga merembet ke Kabupaten Magelang.

“Di Getasan Semarang muncul titik api dan sudah kita matikan. Muncul di tempat lain lagi dan bisa kita matikan. Namun yang terakhir kebakaran terjadi selama hampir dua minggu,” jelasnya.

Proses pemadaman api tersebut, membutuhkan waktu lumayan lama. Karena posisi terbakarnya hutan ada di puncak Gunung Merbabu. Ditambah medan cukup sulit sehingga menghambat para relawan untuk naik memadamkan api. Selain lokasi kebakaran yang cukup sulit terjangkau, terhambatnya proses pemadaman api itupun disebabkan karena ranting ilalang serta semak belukar kering yang terbakar. Sehingga api dengan cepat merembet ke wilayah lainnya. Selain itu juga dipicu tiupan angin yang cukup kencang di puncak gunung mendukung percepatan luasnya lokasi kebakaran.

Upaya pemadaman api di lereng Gunung Merbabu ini terus dilakukan, meskipun dengan peralatan manual dibantu dengan Masyarakat Perduli Api (MPA). Dengan cara mematahkan ranting pohon untuk mengisolasi kebakaran agar tidak meluas.

“Ketinggian lokasi kebakaran tersulit dipadamkan ada di puncak dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Sehingga kita benar-benar kerja keras untuk memadamkan api. Setelah api padam, kami melakukan pendataan. Ternyata, selain ranting, rumput ilalang, dan semak belukar kering, ada juga yang pohon, namun diameternya masih kecil. Antara tujuh sampai sepuluh. Bukan termasuk pohon besar,” terangnya.

Selain menyebabkan kerusakan sebagaian wilayah gunung Merbabu, kebakaran itupun membuat pipa saluran air milik warga yang ada di wilayah Tekelan dan Ngaduman sepanjang 2,5 kilometer rusak terbakar. Bahkan hingga saat ini saluran air tersebut belum juga diperbaiki dan air belum juga mengalir ke dusun Tekelan. Bramantyo

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.