Jakarta, EnergiToday — Standard Hutan Hujan Tropis (Rainforest Standard) diharapkan dapat menjadi aturan baku terkait perdagangan karbon sebagai upaya pendanaan alternatif untuk mencegah deforestasi.

Ahli konservasi dari Universitas Colombia, Rebecca Johnson, menuturkan laju defortasi mencapai 12 juta ha per tahun dan menyumbang 12%-15% emisi gas rumah kaca secara global. Untuk itu, diperlukan pendekatan baru untuk menekan emisi dari deforestasi dan penggundulan hutan.

“Caranya dengan menguangkan hutan yang masih lestari atau forest carbon credits,” ujarnya dalam diskusi yang berjudul The Rainforest Standard: Strenghtening Indonesia’s Climate Change Mitigation Capacity, Rabu (24/7), seperti dilansir dalam Harian Bisnis.

Dengan demikian, masyarakat adat ataupun pemilik lahan konsesi dapat memperoleh pendapatan tanpa melakukan penebangan hutan, yakni dengan penjualan karbon. Namun, diperlukan suatu standar sebagai panduan dan rujukan transaksi bernilai ekonomis tersebut.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.