Posted in

Titik Api Di Sumatera Sebuah Kesengajaan

Jakarta – Dalam insiden munculnya beberapa titik api di hutan Sumatera yang terjadi pada tanggal 12 Agustus yang lalu, Kepala Departemen Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Teguh Surya, Rabu (18/8) mengatakan adanya indikasi kesengajaan.

“Jadi kami sudah melakukan penelitian sudah sejak lama, yakni telah tiga dekade. Sampai saat ini sudah 26 tahun terjadi kebakaran, artinya kalau melihat bencana ini, bukanlah suatu yang kebetulan atau ketidaksengajaan, tapi memang sesuatu yang sengaja di desain,” ujar Teguh.

Kemudian berdasarkan penelitian Walhi, pada tahun 2005, kebakaran hutan memang berasal dari ketidaksengajaan, karena adanya kemudahan nyala api yang diakibatkan oleh kemarau panjang. Itu yang kemudian dijadikan sebagai alasan oleh perusahaan untuk membakar hutan, karena mereka memiliki alibi adanya elnino.

“Memang pada tahun lalu kebakaran sebagian besar disebabkan oleh elnino. Tapi sekarang ini faktor elnino itu sangat kecil sekali, dan yang paling besar adalah faktor membakar,” ucap Teguh.

Untuk menghentikan praktek-praktek pembakaran hutan ini, pemerintah harus memperkuat pengawasan dengan menurunkan aparatnya dan penegakan hukum. Selain itu, pemerintah juga harus menghentikan pemberian ijin baru atau perluasan lahan bagi perusahaan-perusahaan perkebunan terutama untuk perkebunan sawit dan hutan tanaman industri. Sebab, kalau ijin masih dikeluarkan, maka keinginan untuk membakar akan terus terjadi.

“Ketika bicara penegakan hukum di bidang kebakaran hutan, hanya bicara pelaku lapangan. Oleh sebab itu, yang tertangkap hanya masyarakat. Makanya permasalahan tidak akan pernah selesai, karena actor yang di balik layar tidak pernah ditangkap,” tegasnya

Seperti diketahui, beberapa waktu yang lalu, Stasiun Meteorologi dan Geofisika Pekanbaru menyatakan titik api mulai bermunculan di Pulau Sumatera memasuki pergantian musim hujan ke musim kemarau di wilayah itu.Analis Stasiun Meteorologi dan Geofisika Pekanbaru Ardhitama, menyatakan sedikit-dikitnya terdapat delapan titik api di Pulau Sumatera dan lima diantaranya berada di Riau.

“Lima titik api itu masing-masing dua titik berada di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Rokan Hilir, kemudian satu titik lagi berada di Kabupaten Pelalawan, sedangkan selebihnya terdapat di luar Riau,” katanya.

Menurut dia, jumlah titik api tersebut berpotensi terus bertambah mengingat Riau dan sejumlah daerah lain di Sumatera bagian utara memasuki musim kemarau mulai Februari 2009.

Dengan kondisi iklim tersebut, risiko terjadi kebakaran lahan dan hutan di Riau yang sebagian besar didominasi oleh kawasan perkebunan dan lahan tidur, semakin besar.

Karena itu, pemerintah daerah, pengusaha perkebunan dan masyarakat setempat diimbau tidak sembarangan melakukan pembakaran lahan atau hutan yang bisa berdampak pada meluasnya api.

“Jika ingin membakar lahan, harus melakukan zonasi sehingga kemungkinan meluasnya api bisa diminimalkan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan,” ujarnya lagi. (teddy setiawan)

 

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.