Memperingati “Global Tiger Day”, kami merilis tulisan hasil investigasi terhadap perburuan dan perdagangan harimau sumatera. Tulisan terdiri dari 4 bagian.
Category: Liputan khusus
Akal-akalan Hutan Tanaman Energi
Pembukaan hutan alam dengan dalih untuk tanaman energi biomassa, seperti dilakukan PT HAN di Jambi bak pisau bermata dua yang menancap pada upaya mitigasi perubahan iklim.
Pemuda Sekonyer di Kalimantan Tengah gerakan masyarakat menjaga hutan
Dulu menebang dan menambang secara liar, kini masyarakat Desa Sungai Sekonyer aktif menjaga dan memulihkan hutan. Perlu dukungan pemerintah setempat agar maksimal.
Menjaga ketahanan pangan kota kecil di tengah ancaman krisis global
Pandemi global, pembangunan, dan urbanisasi, berkontribusi pada meningkatnya kasus bayi gizi buruk dan angka kemiskinan. Warga Kota Baubau, Sulawesi Tenggara beralih ke urban farming untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi.
Kisah ABK Indonesia: Dieksploitasi kapal asal Tiongkok untuk keruk ikan dari samudera
Pengurasan sumber daya ikan di laut lepas kerap berujung pada eksploitasi ABK, yang mengarah ke perbudakan modern. Ini kisah ABK asal Indonesia yang mengalaminya.
Tebang pilih bisnis di ruang terbuka hijau Teluk Kendari
Pemerintah Kota Kendari dinilai tebang pilih dalam menegakkan Peraturan Daerah RTRW, yang menguntungkan pebisnis dan berdampak pada kerugian negara miliaran rupiah.
Bank sampah, salah satu solusi jitu di hulu pengelolaan sampah
Bank sampah satu solusi yang dikembangkan Jakarta menangani sampah di hulu. Jika maksimal, lebih dari 70% sampah Jakarta tak perlu berakhir di Bantargebang.
Benang kusut menangani sampah
Indonesia belum punya cetak biru mengelola sampah. PLTSa menjadi salah satu solusi jangka pendek dan menengah agar sampah tak bocor ke lingkungan.
Jakarta main-main dengan sampah?
Penunjukkan Bantargebang sebagai TPA Ibukota tak mulus dan memicu konflik antara dua kota. Hingga kini, belum ada rencana memindahkannya.
Jakarta butuh solusi agar tak tenggelam oleh sampahnya sendiri
Jakarta perlu solusi jitu. Kapasitas PLTSa Merah Putih di Bantargebang masih sedikit, tak signifikan mengurangi metana—gas rumah kaca yang 25 kali menyebabkan pemanasan global dibanding karbon dioksida.