Katak pohon Rhacophorus dan kadal buta Dibamus oetamai, spesies baru dari Sulawesi dan Pulau Buton, Kalimantan.

Spesies baru katak pohon Rhacophorus boeadii ditemukan peneliti BRIN di Pulau Sulawesi. (Foto: Amir Hamidy/BRIN)
Spesies baru katak pohon Rhacophorus boeadii ditemukan peneliti BRIN di Pulau Sulawesi. (Foto: Amir Hamidy/BRIN)

Tim Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengidentifikasi satu spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus. Spesies ini ditemukan di dua lokasi berbeda di Pulau Sulawesi, yaitu Gunung Katopasa (Sulawesi Tengah) dan Gunung Gandang Dewata (Sulawesi Barat), dan diberi nama Rhacophorus boeadii.

Nama ini diberikan sebagai penghormatan kepada mendiang Drs. Boeadi, ilmuwan dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang telah berkontribusi besar dalam bidang zoologi dan konservasi satwa herpetofauna Indonesia.

Peneliti Herpetologi BRIN, Amir Hamidy, menjelaskan bahwa R. boeadii memiliki karakter morfologis yang membedakannya dari spesies Rhacophorus lain di Sulawesi, yakni R. edentulus, R. georgii, dan R. monticola.

“Katak ini berukuran sedang, dengan panjang tubuh jantan sekitar 40–45 mm dan betina 48–54 mm. Ciri khas lainnya termasuk moncong jantan yang miring, kulit punggung kasar dengan bintik putih, serta pola bercak putih di sisi tubuh,” ujar Amir, diakses dari laman resmi, Rabu, 25 Juni 2025.

Penemuan ini merupakan hasil survei intensif pada 2016–2019. Tim BRIN melakukan analisis morfologi, genetika, dan suara panggilan jantan untuk mengkonfirmasi status spesies tersebut sebagai takson baru.

“Kami sangat antusias dengan penemuan ini karena semakin membuka wawasan terhadap kekayaan biodiversitas Sulawesi yang unik. Namun, kami juga khawatir karena habitatnya yang terspesifikasi pada hutan dataran tinggi sangat rentan terhadap ancaman kerusakan habitat dan perubahan iklim,” tambah Amir.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Zootaxa (5569 (2): 201–230) dan mempertegas pentingnya konservasi biodiversitas kawasan Wallacea, yang dikenal dengan tingkat endemisme amfibi yang sangat tinggi.

Kadal buta Dibamus oetamai dari Pulau Buton

Tim peneliti BRIN sebelumnya mengidentifikasi spesies baru kadal buta dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Spesies ini berasal dari genus Dibamus, dan dinamai Dibamus oetamai, sebagai penghormatan kepada almarhum Jakob Oetama, tokoh pers nasional dan pendiri Kompas Gramedia.

Peneliti Ahli Madya BRIN, Awal Riyanto, menyampaikan bahwa Dibamus oetamai adalah reptil fosorial yang hidup di dalam tanah dan menyerupai cacing, dengan mata terdegenerasi. Betina tidak memiliki kaki, sedangkan jantan memiliki kaki vestigial berbentuk flap.

Selama ini, populasi kadal buta di Buton dikira merupakan bagian dari Dibamus novaeguineae. Namun, hasil penelitian morfologi dan biogeografi terhadap spesimen museum serta data terpublikasi menunjukkan bahwa populasi Buton memiliki ciri unik.

Spesies ini memiliki panjang moncong-ke-vent (SVL) maksimum 145,7 mm. Ciri lainnya meliputi pola sisik kepala tanpa sutur rostral medial dan lateral, frontal lebih besar daripada frontonasal, serta dua atau tiga pita terang pada tubuh. Habitat alaminya adalah hutan hujan muson Pulau Buton dengan ketinggian di bawah 400 mdpl.

Awal Riyanto menyampaikan, “Temuan ini menunjukkan bahwa masih banyak keragaman reptil Indonesia yang belum terungkap, terutama di wilayah Wallacea yang menjadi hotspot keanekaragaman hayati.”

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah TAPROBANICA pada 25 April 2025. Tim peneliti menganalisis spesimen dari Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, dan menemukan bahwa karakteristik populasi Buton tidak ditemukan pada Dibamus lain di wilayah sekitarnya.

Karena endemisitasnya dan keterbatasan sebaran, Dibamus oetamai berpotensi rentan terhadap ancaman deforestasi. Perlindungan kawasan seperti Hutan Lindung Lambusango dinilai penting untuk menjaga kelangsungan spesies ini.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.