Musik seringkali menjadi pelarian, namun “Tamiangku” adalah konfrontasi. Liriknya ditulis bukan dari imajinasi, melainkan dari realitas lapangan

Saat air bah meluluhlantakkan permukiman dan jalanan berubah menjadi sungai keruh yang ganas, seringkali kata-kata tak cukup untuk menggambarkan kehancuran. Namun, di tengah gemuruh air yang menenggelamkan Aceh Tamiang, sebuah melodi muncul dari reruntuhan, menyuarakan apa yang tak sanggup diucapkan oleh lidah yang kelu karena dingin dan trauma.

Lagu itu berjudul “Tamiangku”. Bukan sekadar hiburan, tembang ini lahir sebagai monumen kesedihan sekaligus arsip musikal atas bencana banjir bandang yang melumpuhkan kehidupan di ujung barat Sumatera baru-baru ini.

Seperti dilansir dari Sukabumiupdate.com, lagu yang dibawakan oleh Umi Abdullah ini mendadak menjadi sorotan publik digital setelah diunggah melalui kanal YouTube ODIE BarracudaTMGM. Di dalamnya, terekam jelas narasi tentang manusia yang dipaksa tunduk oleh kemurkaan alam.

Musik di tengah bencana

Musik seringkali menjadi pelarian, namun “Tamiangku” adalah konfrontasi. Liriknya ditulis bukan dari imajinasi, melainkan dari realitas lapangan yang disaksikan langsung oleh warga Tamiang.

Karya ini disebut sebagai bagian dari proyek “Runway Bencana Banjir Aceh Tsunami 2”, sebuah refleksi seni atas siklus bencana yang terus berulang di Tanah Rencong. Saat Presiden Prabowo Subianto meninjau lokasi bencana di Sumatera dan Aceh Tamiang pada pertengahan Desember 2025 ini, lagu ini seolah menjadi latar suara yang menyayat hati, menceritakan sisi lain yang mungkin luput dari laporan resmi: ketakutan di malam gelap, harga sembako yang melonjak, dan krisis kemanusiaan di tengah air yang meninggi.

Kekuatan lagu ini terletak pada kejujurannya. Ia memotret momen ketika rumah hanyut, jeritan minta tolong yang hilang ditelan angin, hingga kekhusyukan takbir yang bergema dari surau kecil yang terkepung banjir.

Berikut adalah lirik lengkap “Tamiangku”, sebuah naskah kepedihan yang menjadi pengingat bagi kita tentang rapuhnya keseimbangan lingkungan dan ketangguhan jiwa manusia:

Tamiangku (Vokal: Umi Abdullah)

Hujan panjang tiada henti Sungai melimpah air meninggi Rumah dan jalan tenggelam Terputus jalan dan hubungan

Terdengar halus rintih warga Anak kecil dan orang tua Belia usaha sekeras tenaga Mencari jalan untuk bertahan

Ooh…. TUHAN Lindungi mereka Yang sehelai sepinggang Menahan derita

Anak Menangis ibu meriba Harapan tinggal hanya nyawa yang ada

Reff: TAMIANGKU…. Tetaplah tabah… Mari bersatu hadapi… musibah Walaupun banjir merenggut segalanya.. Kita bangkit semula bersama…

(Bagian II) Di malam gelap tanpa cahaya Hanya lilin jadi penerang Jerit minta tolong di udara Namun bantuan belum kedengaran….

Gambar rumah hanyut dibawa arus Terdengar takbir dari surau kecil Hati luluh melihat semua musnah Tinggal do’a jadi penguat diri

Harga sembako melambung ke awan Yang tidak mampu mati kelaparan Ke mana perginya kemanusiaan Ambil kesempatan dalam musibah…

Haaaaaaa…..

Reff: TAMIANGKU…. Tetaplah tabah Mari bersatu hadapi… musibah Walaupun banjir merenggut segalanya Kita bangkit semula bersama….

….Air perlahan surut meninggalkan luka…. ….Bumi retak menahan cerita…. ….Di balik duka ada jiwa yang tersisa…. ….Masih Percayaa…..TUHAN…. ….MENJAGA….

Alam yang menuntut jawab

Lagu ini ditutup dengan nada optimisme religius—bahwa Tuhan tetap menjaga. Namun, bait-bait tentang “hujan panjang tiada henti” dan “sungai melimpah” juga meninggalkan pesan ekologis yang mendalam bagi para pendengarnya.

Banjir di Aceh Tamiang bukan sekadar statistik curah hujan. Ia adalah akumulasi dari perubahan bentang alam yang membuat bumi tak lagi sanggup menahan air. “Tamiangku” adalah jeritan korban, namun di saat yang sama, ia adalah peringatan dari alam bahwa ketika keseimbangan rusak, manusialah yang akan menanggung derita—hanya tersisa nyawa dan doa di tengah genangan.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses