Universitas Negeri Jakarta dan Universitas Pendidikan Indonesia mendukung agenda energi terbarukan dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Dua kampus besar di Indonesia, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menunjukkan langkah konkret dalam mewujudkan kampus berkelanjutan melalui transisi energi bersih dan penguatan literasi pengelolaan sampah. Upaya tersebut menegaskan meningkatnya komitmen perguruan tinggi terhadap agenda lingkungan dan perubahan iklim.
Di Jakarta, UNJ menargetkan 100 persen energi terbarukan serta pencapaian Net Zero Emission pada 2045. Komitmen itu diperkuat melalui peresmian dua gedung proyek SFD UNJ oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, yang dirancang sebagai Smart and Green Building.
Gedung tersebut memanfaatkan pencahayaan alami, ventilasi cerdas, panel surya (PLTS), serta sistem pengelolaan energi berbasis BAS IBMS sebagai model pembelajaran energi bersih bagi sivitas akademika.
Langkah ini sejalan dengan Keputusan Rektor UNJ Nomor 1637/UN39/HK.02/2025 tentang Pedoman Pengelolaan Kampus Sehat, yang pada BAB IV Strategi UNJ Menuju Net Zero Emission menargetkan netralitas karbon pada 2045.
Strategi tersebut meliputi dekarbonisasi energi, transportasi rendah emisi, pengelolaan limbah, green building, serta pendidikan dan pelibatan sivitas akademika. Salah satu pilar utamanya adalah pemasangan PLTS rooftop dan solar farm serta peningkatan efisiensi energi melalui sensor, timer, lampu LED, dan AC inverter.
“Pedoman tersebut juga menegaskan pentingnya pengelolaan lingkungan kampus yang adaptif, berkelanjutan, dan bertanggung jawab,” demikian dikutip dari keterangan resmi, Rabu, 10 Desember 2025.
Penerapan Smart and Green Building menjadi bukti nyata pengurangan penggunaan listrik dari sumber non-terbarukan dan peningkatan energi bersih, sesuai indikator keberhasilan dalam pengelolaan kampus sehat. Dengan dukungan kebijakan dan kolaborasi internal, UNJ menargetkan diri sebagai teladan nasional dalam transformasi menuju kampus berkelanjutan.
Sementara itu di Bandung, UPI memperkuat literasi lingkungan melalui program UPI GreenCampus, yang diinisiasi oleh Tim Greenmetric sejak 2018 sebagai gerakan mewujudkan kampus berkelanjutan melalui “harmoni ilmu dan alam”. Pada penyelenggaraan Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum (MOKA-KU) 2025, tim Greenmetric mengintegrasikan edukasi pemilahan sampah sesuai kategori untuk lebih dari 9.000 mahasiswa baru.
Koordinator area waste and water, Rani Megasari bersama Retno Ayu Hardiyanti memastikan pelaksanaan pemilahan sampah di Gymnasium UPI berlangsung optimal. Delapan set keranjang sampah ditempatkan di empat jalur mobilitas mahasiswa, masing-masing dengan kategori organik, kertas, plastik, serta anorganik non-kertas seperti logam dan kaca. Komunitas mahasiswa relawan ZeroWaste Rangers turut mengawal jalannya kegiatan.
Selama tiga hari penyelenggaraan, pemilahan sampah menghasilkan 711,8 kilogram sampah, didominasi pecahan kaca dan botol kecil sebanyak 577,6 kilogram. Seluruhnya dikirim ke Bank Sampah Bersinar untuk didaur ulang, dan hasil penukaran sebesar Rp396.440 disalurkan ke Lembaga Beasiswa IKA UPI, sejalan dengan dukungan terhadap pendidikan berkualitas.
Program ini juga mendapat respons positif dari petugas kebersihan UPI karena membantu mengurangi volume sampah yang biasanya dikirim ke TPA.
Selain bermitra dengan Bank Sampah Bersinar, UPI menyalurkan sebagian sampah terpilah untuk penelitian, pengabdian, dan inovasi berkelanjutan sesuai SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Tim berharap gerakan ini semakin meluas dan membudaya, serta mendorong sinergi antarprogram pengelolaan sampah di lingkungan kampus.
Melalui transisi energi terbarukan oleh UNJ dan penguatan edukasi pengelolaan sampah oleh UPI, kedua kampus memperlihatkan bahwa perguruan tinggi memainkan peran penting dalam menyiapkan generasi yang peduli lingkungan dan mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.