
Persoalan air limbah domestik dan limbah padat rumah tangga menjadi salah satu sumber utama penurunan kualitas lingkungan, khususnya di wilayah dengan tekanan pembangunan dan pariwisata tinggi seperti Bali. Tanpa pengolahan yang memadai, limbah domestik berkontribusi pada pencemaran air, peningkatan timbulan sampah, serta degradasi ekosistem alami.
Isu ini menjadi fokus Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Udayana (Unud) melalui workshop bertajuk “Wetlands and Food Waste Treatment for the Green Campus” yang digelar pada 22 Januari 2024 di Kampus Jimbaran. Kegiatan ini menyoroti dua persoalan krusial lingkungan sehari-hari: pengolahan air limbah domestik dan pengelolaan limbah padat domestik, khususnya sisa makanan.
Dalam workshop tersebut, Martin Anda menekankan bahwa air limbah domestik yang tidak dikelola dengan baik akan langsung berdampak pada penurunan kualitas air tanah dan badan air. Ia menjelaskan peran wetland buatan sebagai solusi berbasis alam yang relatif sederhana, murah, dan efektif untuk menyaring pencemar dari air limbah domestik. Menurutnya, konservasi dan restorasi wetland perlu dipandang sebagai bagian dari strategi pengelolaan air limbah, bukan sekadar isu konservasi ekosistem.
Sementara itu, Andrew Hayim De Vries menggarisbawahi bahwa food waste merupakan penyumbang signifikan limbah padat domestik yang sering luput dari perhatian. Tanpa pemilahan dan pengolahan yang tepat, limbah ini meningkatkan volume sampah ke tempat pembuangan akhir dan memicu emisi gas rumah kaca. Ia menekankan pentingnya perubahan perilaku, pemilahan sejak sumber, serta penerapan metode pengolahan yang ramah lingkungan untuk menekan dampak lingkungan dari sampah rumah tangga.
Diskusi ini menegaskan bahwa pengolahan air limbah dan limbah padat domestik bukan sekadar isu teknis, melainkan persoalan sistemik yang membutuhkan integrasi teknologi, kebijakan, dan partisipasi masyarakat. Mahasiswa didorong memahami persoalan ini sebagai tantangan nyata yang menuntut solusi aplikatif, termasuk melalui pendekatan teknopreneurship lingkungan.
Unud siap kolaborasi selesaikan masalah lingkungan
Tekanan lingkungan di Bali tidak hanya terjadi di lingkungan kampus, tetapi juga dalam skala wilayah. Rektor Universitas Udayana I Ketut Sudarsana menyoroti menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan Bali akibat pariwisata, urbanisasi, dan perubahan iklim. Dampaknya terlihat pada meningkatnya timbulan sampah, pencemaran sungai, penurunan muka air tanah, hingga berkurangnya hutan mangrove.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam rapat koordinasi dan dialog antara Forum Rektor Indonesia (FRI) dan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia di Jakarta pada 28 Juli 2025. Rektor Unud menegaskan perlunya kolaborasi pentahelix—melibatkan pemerintah, akademisi, swasta, masyarakat, dan media—yang berbasis riset dan data spasial untuk menyelesaikan persoalan lingkungan secara terukur dan berkelanjutan.
Unud menyatakan kesiapan menjadi bagian penting dalam kolaborasi tersebut, didukung oleh sumber daya akademik dan riset lingkungan yang kuat, mulai dari Program Studi Teknik Lingkungan, Magister Ilmu Lingkungan, hingga Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH). Keterlibatan dosen Unud sebagai peneliti dan praktisi di berbagai kebijakan lingkungan daerah juga memperkuat posisi kampus dalam menawarkan solusi berbasis ilmu pengetahuan.
Penguatan pengolahan air limbah domestik dan limbah padat domestik menjadi salah satu kunci untuk menahan laju degradasi lingkungan di Bali. Tanpa perbaikan sistem pengelolaan limbah dari sumbernya, tekanan terhadap ekosistem akan terus meningkat. Dalam konteks ini, peran kampus tidak berhenti pada wacana, tetapi diarahkan pada riset terapan dan kolaborasi nyata untuk menjawab persoalan lingkungan yang semakin mendesak.
