Posted in

AREA KONSERVASI PERLU MASYARAKAT

thumbnailJakarta – Area konservasi perlu melibatkan masyarakat, terutama yang berada sekitar kawasan konservasi tersebut. Pemberdayaan masyarakat diperlukan, sebab hampir semua area konservasi di Indonesia dikelilingi oleh masyarakat yang sudah terlebih dahulu hidup dan menetap di sana.

Hal ini disampaikan oleh Program Manager Sulawesi The Nature Conservancy (TNC) – Palu, Achmad Rizal, Senin (26/7), usai acara diskusi interaktif bertajuk “Menuju Taman Nasional Lestari: Aspek Lingkungan dan Sosial Budaya Pengelolaan Kolaboratif Taman Nasional – Pengalaman Indonesia dan Amerika”, di Jakarta.

Upaya yang dilakukan di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Sulawesi Tengah, menjadi contoh nyata dari keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam konservasi taman nasional. Pihak TNLL melakukan kegiatan konservasi di wilayah tersebut terhitung mulai tahun 1992 hingga tahun 2009. Ada dua tahap dalam upaya konservasi di total luas lahan 217.991,18 hektar tersebut, yaitu tahap satu (1992 – 2001) yang fokus pada pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan taman nasional, dan tahap dua (2002 – 2009) yang fokus pada penanganan berbagai masalah yang terjadi di kawasan taman nasional.

“Kita harus sadar bahwa peran manusia sangat penting dalam konservasi. Manusia memang memiliki dua sisi dalam hal konservasi, yaitu sisi ancaman jika tidak bisa di-manage dengan baik, dan sisi potensi jika bisa di-manage dengan baik. Di Lore Lindu sendiri, upaya konservasi taman nasional selalu melibatkan masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat Lore Lindu dikelilingi oleh 70 desa yang menjadi pintu masuk taman nasional. Kalau masyarakat tidak dilibatkan, maka akan tercipta potensi konflik di Lore Lindu,” lanjut Achmad Rizal.

Pemberdayaan masyarakat dalam upaya konservasi yang dilakukan di Taman Nasional Lore Lindu boleh jadi terinspirasi oleh upaya serupa yang sebelumnya telah dilakukan oleh ratusan taman nasional di Amerika Serikat. Tercatat total sebanyak 392 taman nasional yang ada di Amerika Serikat, dan kesemuanya diupayakan untuk terus melibatkan masyarakat dalam upaya konservasinya.

“Hal pertama yang mesti kita lakukan dalam upaya konservasi taman nasional adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat akan arti penting taman nasional bagi kehidupan. Di samping itu, kita juga harus menyiapkan program untuk mengajarkan anak-anak kecil agar mengerti arti penting dari upaya konservasi taman nasional,” paparSuperintendent National Park Service, Haleakala National Park, Hawaii, Sarah Creachbaum, pada kesempatan serupa.

Kini, masalahnya adalah persoalan yang kompleks dan beragam dari pengelolaan kawasan-kawasan konservasi taman nasional. Persoalan itu pun dapat dikelompokkan ke dalam persoalan internal yang menyangkut organisasi dan kelembagaan balai taman nasional dan persoalan eksternal terkait pendanaan, dinamika hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan. Persoalan lainnya adalah keberadaan masyarakat asli tradisional yang berada di sekitar atau di dalam kawasan konservasi.

“Sebenarnya masih ada konflik di Lore Lindu dan hingga kini kita masih memiliki beberapa titik konflik di sana, misalnya saja pencaplokan areal taman nasional oleh penduduk setempat. Untuk masalah ini, kita masih mencoba untuk menemukan solusi yang terbaik dan sampai saat ini belum ada rekomendasi yang tepat mengenai masalah tersebut,” ucap Achmad Rizal. (prihandoko)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.