Sebagai salah satu perairan dengan tingkat keragaman hayati laut tertinggi dunia, Ambon terpilih menjadi tempat didirikannya pusat penelitian laut dalam yang diprakarsai oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).

Dalam siaran pers yang diterima Ekuatorial (12/5), Kepala LIPI, Prof. Lukman Hakim mengatakan bahwa peresmian yang akan dilakukan pada Selasa (13/5) ini sebagai bentuk upaya meningkatkan kembali penelitian di wilayah Maluku. “Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan status eselonisasi UPT Balai Konservasi Biota Laut (BKBL) Ambon menjadi Pusat Penelitian Laut Dalam. Penambahan tenaga peneliti dan administratif, pembenahan prasarana serta pelaksanaan berbagai program penelitian sedang giat dilakukan,” jelas Lukman.

Kepala UPT BKBL, Augy Syahailatua menambahkan bahwa peningkatan eselon ini dilaksanakan karena perairan Maluku menyimpan rahasia kekayaan biota laut dan menjadi daya tarik ilmiah. “Perairan Maluku telah menyumbang koleksi ilmiah dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pengetahuan kelautan dunia,” terang Augy.

Kawasan timur Indonesia didominasi oleh lautan yang luas dan dalam (jeluk). Selain pemanfaatan sumber daya non-hayati yang tersimpan di dasar laut yang belum maksimal, sumber daya alam yang terkandung di dasar jeluk tersebut diyakini juga belum tersentuh.

Jauh sebelum peresmian ini, pada masa pemerintahan Soekarno pernah dicanangkan pembangunan institut oseanografi terbesar di Asia Tenggara (Institut Teknologi Ambon). Namun, program yang didukung Rusia ini kemudian terhenti karena persitiwa G30S. Sebagai kelanjutannya, tahun 1971 LIPI kembali merintis pembangunan Balai Penelitian Sumber Daya Laut yang kemudian juga terhenti akibat tragedi kemanusiaan tahun 1999. Azhari Fauzi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.