Pendekatan ekonomi sirkular tidak hanya mengurangi limbah dan emisi karbon, tetapi juga meningkatkan efisiensi energi.

Implementasi ekonomi sirkular bukan hanya sekadar langkah menuju efisiensi ekonomi, tetapi juga sebuah komitmen untuk membangun lingkungan yang berkelanjutan bagi generasi masa kini dan mendatang.
Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Ezni Balqiah mendorong untuk terus mengembangkan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip ekonomi sirkular dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam konteks akademis maupun industri.
Ezni menyatakan, permasalahan lingkungan akibat konsumsi berlebihan terhadap sumber daya alam yang terbatas, semakin mengkhawatirkan. Ia menggarisbawahi bahwa kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan telah meningkat, namun implementasinya masih belum merata dalam perilaku sehari-hari masyarakat. Hal ini disebabkan oleh persepsi bahwa tindakan menjaga lingkungan memerlukan sumber daya dan upaya kolektif yang besar.
“Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) memerlukan keseimbangan antara ekonomi dan ekologi, di mana prioritas terhadap lingkungan harus mengungguli kepentingan ekonomi,” kata Ezni, saat pidato pengukuhan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, 17 Juli 2024.
Dalam kesempatan tersebut, Ezni Balqiah menyampaikan orasi ilmiahnya yang bertajuk “Ekonomi Sirkular: Menyelaraskan Sumber Daya, Kinerja Bisnis, dan Keberlanjutan”.
Ekonomi sirkular, menurut Ezni, menawarkan paradigma yang berbeda dengan ekonomi tradisional. Fokus utamanya bukan lagi pada pemakaian dan pembuangan, melainkan pada pemanfaatan ulang, perbaikan, dan daur ulang bahan untuk menciptakan siklus produksi yang berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi limbah dan emisi karbon, tetapi juga meningkatkan efisiensi energi.
Di Indonesia, konsep ekonomi sirkular mulai diadopsi di berbagai sektor dengan mengacu pada prinsip 9R, yaitu refuse, rethink, reduce, reuse, repair, refurbish, remanufacture, repurpose, dan recycle. Contohnya adalah beberapa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti Biomagg dan Creabrush yang berhasil mengolah kembali bahan-bahan bekas untuk menghasilkan produk baru dengan nilai tambah ekonomi yang signifikan.
Menurut Ezni, implementasi ekonomi sirkular oleh perusahaan tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi berupa penghematan biaya produksi dan peningkatan daya tarik produk, tetapi juga menghadirkan dampak positif terhadap lingkungan. Inovasi-inovasi seperti ini tidak hanya berpotensi mengurangi masalah limbah, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru yang merata.
“Dalam mendukung transisi ke ekonomi sirkular, peran akademisi melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama dalam bidang teknologi dan inovasi, sangatlah penting. Kesadaran akan lingkungan dan kepedulian sosial harus menjadi poin sentral dalam setiap upaya menciptakan nilai bagi perusahaan,” jelas Ezni.
Selain meneliti tentang ekonomi sirkular, Ezni juga telah menghasilkan berbagai penelitian yang relevan dengan tren bisnis dan inovasi terkini, seperti peningkatan resilience di startup platform digital, peran orientasi kewirausahaan individu dalam kinerja UMKM dengan perspektif gender, dan pengembangan teori perilaku konsumen dalam pangan halal.
Sebagai seorang akademisi yang berpengalaman, Ezni telah aktif terlibat dalam berbagai kapasitas di UI dan masyarakat, dari menjadi Wakil Kepala Bidang Riset dan Konsultasi di Lembaga Manajemen FEB UI, hingga menjadi Anggota Tim Penasehat Investasi BP BUMD DKI Jakarta serta Reviewer Komite Etik Penelitian FEB UI.
Dengan penekanannya pada ekonomi sirkular, Ezni tidak hanya berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan inspirasi bagi perubahan positif dalam praktik bisnis dan keberlanjutan di Indonesia.