Green Editor Forum adalah platform kolaboratif yang didedikasikan untuk mengembangkan kapasitas media dalam liputan isu lingkungan.
The Society of Indonesian Environmental Journalist kembali menyelenggarakan forum keduanya Green Editor Forum guna penguatan perspektif dan saling perkaya insight redaksi, mengangkat tema yang sangat relevan dan mendesak “Dilema Ekologis: Ormas Agama di Tengah Krisis Lingkungan Akibat Tambang” di Jakarta, Kamis (22/08/24).
Direktur Eksekutif SIEJ, Nanang Farid Syam menjelaskan Green Editor Forum tahun kedua ini menghadirkan para editor media, peneliti, aktivis lingkungan, serta perwakilan masyarakat sipil untuk mendalami dan mendiskusikan hubungan antara organisasi masyarakat (ormas) dan industri pertambangan di Indonesia.
“Isu ini sangat penting mengingat semakin kompleksnya relasi antara ormas dan kepentingan pertambangan yang berpotensi mengancam kelestarian lingkungan dan hak-hak masyarakat lokal. Sering kali, ormas yang seharusnya menjadi penjaga kepentingan publik, ditemukan terlibat dalam dinamika ekonomi dan politik pertambangan yang justru berdampak negatif bagi lingkungan,” jelasnya.
Menurutnya, Green Editor Forum ke-2 ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas media dalam menyajikan liputan mendalam yang bisa diakses dan dipahami oleh masyarakat luas. Selain itu, forum ini ingin memperkuat kolaborasi antara media dan organisasi masyarakat sipil dalam mendukung pelestarian lingkungan dan menjaga akuntabilitas di sektor tambang.
“Dengan menghadirkan berbagai sudut pandang, diharapkan diskusi ini dapat memberikan pemahaman yang lebih utuh terkait dampak pertambangan terhadap lingkungan dan masyarakat, serta peran penting ormas dalam pusaran ekonomi dan politik yang kompleks,” harapnya.
Salah satu narasumber di Green Editor Forum ke-2, Zulfatun Mahmudah, seorang peneliti lingkungan dan aktivis sosial, memiliki pandangan yang kritis terkait keterlibatan ormas agama dalam sektor pertambangan.
“Kehadiran ormas agama dalam pusaran tambang menciptakan dinamika yang kompleks dan dilematis, terutama ketika nilai-nilai keagamaan yang seharusnya mendukung keberlanjutan dan keadilan sosial justru berada dalam posisi kompromi dengan kepentingan bisnis pertambangan,” ujarnya.
Zulfatun menekankan bahwa ormas agama memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi pelindung masyarakat dan lingkungan, bukan sekadar mitra strategis yang mendukung aktivitas ekonomi yang merusak.
“Ketika ormas agama mulai terlibat dalam sektor tambang, mereka perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi komunitas lokal dan ekosistem,” ucapnya.
Ia juga menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas, di mana ormas agama harus tetap berpihak pada kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
“Pendekatan kolaboratif antara ormas agama, masyarakat lokal, dan organisasi lingkungan perlu didorong untuk memastikan bahwa keberpihakan tetap pada keberlanjutan, bukan kepentingan ekonomi sesaat,” ungkapnya.
Green Editor Forum adalah platform kolaboratif yang didedikasikan untuk mengembangkan kapasitas media dalam liputan isu lingkungan. Forum ini mempertemukan para editor, jurnalis, dan praktisi media untuk berbagi pengetahuan, tantangan, dan praktik terbaik dalam peliputan lingkungan, sehingga masyarakat mendapat informasi yang lebih lengkap, obyektif, dan akurat.
- Gerakan orang muda melawan kebijakan energi yang merusak
- Laut, Identitas yang Terancam Tambang Emas di Sangihe
- Menanti keberhasilan rehabilitasi macan tutul
- Menguatkan pemenuhan hak atas tanah warga Sulawesi Tenggara melalui pendidikan
- Persidangan gugatan warga terhadap perusahaan pemicu kabut asap terus bergulir