Deteksi dini lupus sangat penting. Ketahui gejala dan cara mengendalikannya untuk mencegah dampak serius penyakit autoimun.

Ilustrasi. (AI)
Ilustrasi. Edukasi kesehatan. (AI)

Salah satu penyakit yang perlu dikenali sejak dini adalah lupus. Meski belum ada obatnya, deteksi dini dapat lebih mudah mengendalikan dampak penyakit berjuluk seribu wajah.

Prevalensi lupus di Indonesia diperkirakan sebesar 0,5%, dengan jumlah penyandang lebih dari 1,3 juta orang. Penyakit ini terutama menyerang perempuan usia reproduksi 15-45 tahun.

Laniyati Hamijoyo, dokter spesialis penyakit dalam dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unpad-RS Hasan Sadikin mengajak seluruh lapisan masyarakat, tenaga kesehatan, dan pembuat kebijakan diajak bersama-sama meningkatkan kesadaran mengenai lupus, memperbaiki deteksi dini, serta memastikan akses yang adil terhadap pengobatan dan layanan pendukung.

Laniyati adalah dosen FK Unpad yang menjadi satu-satunya orang Indonesia di Executive Committee pada Asia Pacific League of Associations for Rheumatology (APLAR).

“Semoga kita jadi sama-sama peduli terhadap penyakit ini sehingga dikenal dengan lebih baik. Jika kita mengenal dengan baik maka penyakit ini bisa diobati lebih dini. Pengobatan yang lebih dini maka outcome yang diharapkan bisa lebih baik sehingga penyandang Lupus dapat hidup normal,” ujar Laniyati, di kanal Youtube, diakses Kamis, 3 Juli 2025.

Tanggal 10 Mei lalu diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Dan sepanjang bulan Mei juga menjadi Bulan Sadar Lupus. Peringatan tersebut merupakan momen tepat untuk membangun kesadaran masyarakat tentang lupus.

Lupus, ujar Laniyati, adalah penyakit autoimun di mana tubuh membentuk antibodi berlebihan dan menyerang berbagai organ tubuh. Dengan manifestasi yang sangat beragam dan bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnnya, maka diagnosanya bisa tidak sama sehingga lupus dikenal juga dengan istilah “penyakit seribu wajah”.

“Namun lupus dapat dikendalikan sehingga tidak perlu khawatir. Lupus juga bukan penyakit menular dan turunan. Namun orang-orang yang dalam keluarganya memiliki keluarga dengan penyakit autoimun, punya risiko lebih besar mengalami penyakit lupus,” jelasnya.

Laniyati juga menengaskan, lupus bisa disembuhkan. Jika gejalanya ringan, seperti di kulit atau sendi, biasanya dapat kembali normal seperti biasa. Jika yang terkena adalah organ vital seperti jantung dan ginjal, kadang penyembuhannya membutuhkan lebih banyak upaya.

“Apakah bisa Kembali sempurna? Tergantung. Jika dideteksi lebih awal, diobati dengan baik dan lebih dini, bisa kembali normal. Walaupun kadang membutuhkan obat untuk jangka panjang. Jadi jika belum mengalami kerusakan permanen, lupus bisa Kembali normal lagi,” ujarnya.

Strategi deteksi dini Lupus

Salah satu program penanganan lupus yang digulirkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) melalui edukasi dan pendekatan berbasis komunitas.

Lupus merupakan penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Direktur P2PTM Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, untuk mendorong deteksi dini, Kemenkes akan meluncurkan program SALURI (Periksa Lupus Sendiri) mulai tahun 2025.

Program ini menyasar calon pengantin wanita sebagai langkah awal pencegahan di kelompok usia berisiko. SALURI mengajak masyarakat untuk mengenali tanda-tanda lupus secara mandiri dan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) jika menemukan gejala yang mencurigakan.

“Melalui program SALURI, kami berharap masyarakat lebih memahami pentingnya deteksi dini lupus sehingga kasus dapat ditangani lebih cepat dan tepat,” ujar Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan resmi.

Nadia melanjutkan, lupus adalah penyakit yang dapat menyerang semua usia, dengan gejala umum berupa kelelahan ekstrem, nyeri sendi, ruam kulit, dan demam berkepanjangan. Penanganan yang cepat dan tepat menjadi kunci untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

“Lupus adalah penyakit yang sulit dikenali karena gejalanya bisa menyerupai penyakit lain. Deteksi dini akan membantu pengobatan lebih cepat dan mencegah komplikasi serius,” ujarnya.

Nadia menekankan bahwa deteksi dini lupus membutuhkan kolaborasi multi-sektor antara pemerintah pusat dan daerah, organisasi profesi, BPJS Kesehatan, dan media. Kemenkes juga telah menyusun pedoman dan modul pelatihan tatalaksana lupus bagi tenaga kesehatan. Program Rujuk Balik melalui BPJS Kesehatan juga diperkuat agar pasien lupus mendapatkan penanganan berkelanjutan.

Manfaat deteksi dini Lupus

Anna Ariane, dokter dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo menjelaskan manfaat deteksi dini lupus:

  1. Meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien.
  2. Mencegah kerusakan organ seperti ginjal, jantung, dan paru-paru.
  3. Mengurangi biaya pengobatan yang tinggi akibat komplikasi berat.
  4. Meningkatkan produktivitas pasien agar tetap dapat bekerja dan beraktivitas normal.
  5. Mengurangi flare-up lupus atau serangan penyakit berulang.

Anna juga menegaskan pentingnya pemeriksaan dini pada pasien dengan gejala seperti ruam wajah berbentuk kupu-kupu, nyeri sendi dan pembengkakan, kelelahan berat tanpa sebab jelas, sariawan berulang, sensitif terhadap sinar matahari, dan kelainan ginjal seperti proteinuria. Jika ditemukan minimal dua gejala pada organ yang berbeda, pasien perlu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut untuk memastikan diagnosis melalui pemeriksaan klinis dan laboratorium.

Melalui kampanye edukasi dan program deteksi dini seperti SALURI, Kemenkes berharap masyarakat dapat mengenali lupus lebih dini, memberikan dukungan yang lebih baik bagi penderita, serta mendorong pemahaman bahwa lupus bukan penghalang untuk hidup aktif dan produktif.

Dengan langkah-langkah pencegahan dan kolaborasi yang kuat, diharapkan jumlah kasus lupus di Indonesia dapat ditekan, serta kualitas hidup penyandang lupus semakin meningkat.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses