Pemilahan sampah dari sumbernya merupakan langkah yang lebih berkelanjutan dan berdampak sistemik, daripada pembakaran.

Pemprosesan sampah di Bandung. (Bandung.go.id)
Pemprosesan sampah di Bandung. (Bandung.go.id)

Masalah pengelolaan sampah menjadi tantangan besar di berbagai kota besar di Indonesia. Kelebihan kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), pencemaran lingkungan, serta lemahnya infrastruktur dan pendanaan telah memperumit upaya penanganan sampah secara menyeluruh.

Di tengah urgensi pengurangan emisi gas metana dari tumpukan sampah di TPA, kebijakan yang berfokus pada pengelolaan di hulu seperti pemilahan justru masih belum menjadi prioritas. Di Kota Bandung, pemerintah masih mengandalkan teknologi pembakaran atau termal sebagai solusi utama, padahal pemilahan sampah dari sumbernya merupakan langkah yang lebih berkelanjutan dan berdampak sistemik.

Pemerintah Kota Bandung telah memulai penerapan teknologi termal dalam pengolahan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) sebagai bagian dari program strategis penanganan krisis penumpukan sampah. Masalah ini mencuat setelah TPA Sarimukti mengalami keterbatasan daya tampung. Melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), Pemkot menggandeng pihak swasta untuk membangun dan mengelola TPST, sementara pemerintah membayar jasa pengolahan melalui tipping fee.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi, menjelaskan alasan pemilihan metode termal. “Kenapa kita pilih termal? Karena pemusnahan dengan metode ini bisa menyelesaikan sampah dengan cepat, sementara kita sedang mengalami kekurangan kapasitas untuk membuang ke TPA Sarimukti,” ujar Dudy, dalam keterangan resmi, diakses Sabtu, 5 Juli 2025.

Teknologi termal ini mengacu pada regulasi nasional, yakni Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.70 Tahun 2016. Regulasi ini memperbolehkan penggunaan metode pembakaran dalam pengelolaan sampah dengan catatan mesin yang digunakan harus ramah lingkungan dan dilengkapi sistem pemantauan emisi yang ketat.

“Mesin termal yang dipasang wajib menjalani uji emisi secara berkala setiap enam bulan. Hasil emisi harus berada dalam batas toleransi yang diizinkan oleh regulasi. Jadi ini sah dan sesuai prosedur,” tambah Dudy.

Pengelolaan sampah berbasis sumber

Meskipun teknologi termal memberikan solusi jangka pendek untuk menurunkan volume sampah, pendekatan ini mengabaikan peluang pengurangan dari hulu, khususnya melalui pemilahan sampah. Pendekatan pemilahan dinilai lebih efektif dalam menekan jumlah timbulan sampah yang berakhir di TPA dan mengurangi emisi metana, gas rumah kaca yang lebih berbahaya dibandingkan karbon dioksida.

Dalam kegiatan “Network Gathering: Sinergi Pengelolaan Sampah Jakarta” yang diselenggarakan Dietplastik Indonesia pada 16 Mei 2025, disorot pentingnya pengelolaan sampah berbasis sumber atau dari rumah tangga sebagai langkah utama dalam menurunkan emisi metana dari TPA.

“DKI Jakarta memiliki paket kebijakan yang lengkap terkait pengelolaan sampah. Bahkan aturan-aturan yang dimiliki tidak hanya mencakup bidang lingkungan hidup saja, namun juga mencakup bidang pariwisata, pendidikan, dan bidang lainnya. Di sisi lain, rumah tangga juga berperan dalam pengelolaan sampah, terutama dalam pemilahan sampah,” kata Ema Maulana dari Seksi Pengurangan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jakarta, diakses dari AZWI.

Senada dengan itu, Rendhia Labde, CEO Magalarva, menekankan pentingnya akses terhadap sampah organik berkualitas dalam upaya pengelolaan limbah organik skala besar.

“Tidak segampang itu mendapatkan akses untuk mendapatkan sampah organik yang sebenarnya melimpah, terutama mendapatkan sampah yang kualitasnya baik untuk diolah. Di situlah kami di Magalarva terus berinovasi untuk mengembangkan bisnis sekaligus menyelesaikan masalah sampah,” ujarnya.

Shanty Syahril, Koordinator Koperasi Kompos Kader Penggerak KUPILAH RW 16 Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, mendorong penerapan sistem pengelolaan berbasis masyarakat yang dimulai dari rumah tangga.

“Salah satu kunci utama untuk dapat menerapkan sistem pengelolaan sampah di rumah tangga adalah membentuk keterampilan kolektor data, sehingga image untuk pengelolaan sampah itu tidak hanya kerja otot, tapi juga dengan otak. Saat ini, upaya yang kami lakukan bisa menjadi kebanggaan bagi warga kami sendiri,” jelasnya.

Sementara itu, Dietplastik Indonesia melalui Proyek MERIT (Methane Emission Reduction Initiative for Transparency) mengungkap pentingnya upaya pengurangan emisi metana di TPA.

“Setelah lebih dari satu dekade Dietplastik Indonesia melakukan intervensi pengurangan sampah plastik sekali pakai, kami tidak bisa menghiraukan bahwa sampah organik merupakan salah satu sampah yang ada di TPA. Tumpukan sampah di TPA berkontribusi untuk meningkatkan emisi gas metana,” ujar Zakiyus Shadicky, Senior Research Lead Dietplastik Indonesia.

Ia menambahkan bahwa isu metana masih jarang dibicarakan dalam konteks pengelolaan sampah, padahal kontribusinya terhadap perubahan iklim sangat besar. Oleh karena itu, pemilahan sampah menjadi langkah krusial yang dapat mengurangi timbulan sampah dan emisi metana sekaligus.

Dalam forum tersebut, para pembicara sepakat bahwa pendataan timbulan dan potensi pengurangan sampah menjadi kebutuhan mendesak. Bank sampah, pengelola sampah organik, hingga inovasi berbasis komunitas perlu didorong sebagai upaya kolektif untuk mengatasi akar persoalan. Pengolahan berbasis sumber bukan hanya memperpanjang umur TPA, tetapi juga membuka peluang ekonomi sirkular yang lebih adil dan lestari.

Kunci pengelolaan sampah

Berbeda dengan pendekatan berbasis pemilahan, teknologi termal yang diadopsi Kota Bandung lebih menitikberatkan pada kecepatan memusnahkan sampah. Dari 15 TPST yang direncanakan, dua lokasi yakni TPST PSM dan TPST Babakan Sari tengah dalam tahap konstruksi. Delapan lainnya masih dalam proses dokumen lingkungan dan perizinan. Meski teknologi anaerobik turut diperkenalkan sebagai pelengkap circular economy, pendekatan utama tetap berbasis termal.

Alih-alih mengedepankan solusi cepat dengan pembakaran, pengalaman Jakarta dan komunitas pengelola sampah menunjukkan bahwa kunci keberhasilan pengelolaan sampah terletak pada perubahan perilaku masyarakat dan kebijakan yang menempatkan pemilahan sebagai dasar strategi. Pemilahan bukan hanya soal teknik, tapi soal arah kebijakan yang berorientasi pada keberlanjutan.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses