Pasar Seni ITB akan kembali digelar pada tahun 2025. Temukan semangat seni budaya yang telah bangkit lagi.

Pasar Seni Institut Teknologi Bandung (ITB) akan kembali digelar pada tahun 2025, menandai kebangkitan salah satu peristiwa seni budaya terbesar di Indonesia setelah vakum selama sebelas tahun. Sejak pertama kali diadakan pada tahun 1972, Pasar Seni ITB telah diselenggarakan sebanyak sebelas kali, dengan tujuan memperkenalkan seni rupa kepada masyarakat luas melalui interaksi antara seniman dari berbagai latar belakang dan masyarakat umum.
Pasar Seni ITB tidak hanya menjadi milik kampus ITB atau Kota Bandung, melainkan telah menjelma sebagai panggung budaya berskala nasional. Dalam penyelenggaraan terakhirnya pada 2014, Pasar Seni mengangkat tema “Antara Aku, Kita, dan Semesta” yang merefleksikan keprihatinan terhadap kemajuan teknologi dan globalisasi.
Menjelang perayaan puncak perhelatan ini pada 19 Oktober mendatang, sejumlah praacara telah dilaksanakan untuk menghidupkan kembali memori kolektif dan semangat perayaan. Salah satunya adalah pameran bertajuk “Kilas Balik: Lima Dekade Pasar Seni ITB” yang diselenggarakan di Galeri Soemardja pada 25–31 Mei 2025. Pameran ini menampilkan dokumentasi visual dan artefak dari tahun 1972 hingga 2014, sebagai pengingat atas peran penting Pasar Seni dalam sejarah perkembangan seni di Indonesia.
“Saya sangat percaya ini akan menjadi momentum perubahan. Pasar Seni kini bukan hanya milik FSRD, tetapi milik kita semua mahasiswa, dosen, alumni, dan masyarakat,” kata Pelaksana Tugas Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Nurdian Ichsan, diakses dari keterangan resmi, Rabu (16/7/2025).
Persiapan Pasar Seni ITB 2025
Pertemuan antara Rektor ITB Tatacipta Dirgantara dan Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, di Wisma Ganesha pada Selasa, 24 Juni 2025, menegaskan kolaborasi antara ITB dan Pemerintah Kota Bandung dalam menyambut penyelenggaraan acara budaya ini.
Rektor ITB menegaskan pentingnya kenyamanan dan aksesibilitas dalam penyelenggaraan Pasar Seni ITB 2025. “Pasar Seni ITB saat ini bukan hanya milik kampus dan Kota Bandung, tetapi sudah menjadi panggung budaya yang mendapat perhatian nasional. Ini adalah momen penting untuk mempertemukan beragam seni dan desain kepada masyarakat luas,” ujarnya.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyatakan kesiapan Pemerintah Kota Bandung untuk mendukung penuh acara ini. “Pemkot Bandung siap mendukung sepenuhnya pelaksanaan Pasar Seni ITB 2025. Ini adalah agenda seni dan budaya yang sangat dinantikan masyarakat, sekaligus menjadi ruang ekspresi kreatif bagi mahasiswa dan seniman muda,” katanya.
Ia menambahkan bahwa bentuk dukungan tersebut meliputi fasilitasi ruang publik, koordinasi lintas dinas, dan kolaborasi dalam pengelolaan acara.
Semangat baru Pasar Seni ITB 2025
Mengusung tema “Setakat Lekat: Laku, Temu, Laju,” agenda budaya ini menghadirkan pendekatan kuratorial baru yang menyentuh pengalaman multisensori. Dalam rangkaian praacara bertajuk *“Sinestesia: Merayakan Kembali” yang digelar pada 25 Mei 2025 di Lapangan Merah, Gedung CAD, ITB Kampus Ganesha, Ketua Pelaksana Pasar Seni ITB 2025 Kayla Hafsah menjelaskan, pihaknya ingin pengunjung tidak hanya melihat, tetapi benar-benar merasakan denyut nadi Pasar Seni melalui pengalaman multisensori.
Berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan mengedepankan semangat partisipatif dan keberlanjutan. Program utama seperti Pasa, Semangat Rupa; Laka Laku, Nyemal Nyemil; dan Saling Sua dirancang untuk membentuk ekosistem kreatif yang menghubungkan seniman, komunitas, dan masyarakat.
Rangkaian praacara seperti “Beranda Bersama”, “Sepanjang Masa”, “Saling Senggo”, dan “Tapak Meriah” telah dipersiapkan untuk memperluas jangkauan interaksi dan menciptakan proses berkesenian yang inklusif. Semangat keterlibatan lintas bidang dan lintas generasi menjadi dasar pengembangan kegiatan ini.
Rektor ITB menekankan bahwa penyelenggaraan acara ini selaras dengan visi multidisiplin kampus. “Hal tersebut menggabungkan aspek humaniora, seni, sains, teknologi, sampai ekosistem bisnis yang tidak terpisah-pisah,” katanya.