Skenario pengurangan sampah makanan diharapkan mampu menurunkan produksi food waste di Indonesia hingga 74,36 persen.

Penumpukan sisa makanan layak konsumsi (food waste) masih menjadi persoalan serius karena merugikan secara ekonomi dan lingkungan. Menanggapi kondisi ini, Atikha Sidhi Cahyana dari Departemen Teknik Sistem dan Industri (DTSI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang skenario terbaik dalam penanganan food waste di Indonesia.
Atikha menjelaskan, penelitiannya berfokus pada fenomena food waste buah dan sayur di kawasan perkotaan. Secara khusus, riset tersebut mengamati faktor-faktor yang memengaruhi munculnya food waste.
“Cakupannya meliputi distribusi dari pemasok, supermarket, rumah makan, hingga rumah tangga,” urainya, dalam keterangan resmi, diakses Selasa (15/7/2025).
Melalui studi literatur dan survei terhadap 16 pakar, Atikha mengidentifikasi 15 faktor utama penyebab food waste. Salah satu faktor paling umum adalah kurangnya perencanaan dalam pengelolaan bahan makanan.
Tanpa manajemen penyimpanan yang baik, kualitas makanan menurun dan sulit dimanfaatkan kembali sehingga mudah terbuang.
Setelah mengidentifikasi faktor-faktor yang ada, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini menganalisis keterkaitan antarfaktor menggunakan dua metode, yakni Interpretive Structural Modelling (ISM) dan Matrix of Cross-Impact Analysis (MICMAC).
“Hasil analisisnya berupa pemetaan hubungan dan pengaruh antarfaktor, disajikan dalam bentuk peringkat urutan faktor dari yang paling berpengaruh,” jelas perempuan asal Pasuruan tersebut.
Dari hasil analisis tersebut, Atikha menemukan bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah pengolahan makanan sisa atau yang sedikit rusak. Cara mengolah sisa makanan menentukan dampak pada tahapan berikutnya, seperti distribusi ulang makanan yang masih layak.
“Jika sisa makanan diolah dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang positif pada faktor berikutnya, begitu juga sebaliknya,” terangnya.
Selanjutnya, alumnus Institut Teknologi Nasional itu memetakan seluruh faktor pemicu food waste dalam sistem dinamis berdasarkan sektor rantai pasoknya. Dari sana, ia menyusun tiga skenario penanggulangan food waste di wilayah perkotaan, yaitu memperluas akses pasar, mengatur porsi makan, dan meningkatkan pengolahan makanan sisa melalui penambahan jumlah bank makanan (food bank).
Hasil simulasi menunjukkan bahwa skenario ketiga paling efektif. Skenario ini mampu menurunkan produksi food waste hingga 74,36 persen dan mengurangi penumpukan di food bank sebesar 39,44 persen.
“Food bank memungkinkan sisa makanan dapat diolah dan didistribusikan kembali dengan optimal,” tegasnya.
Melalui hasil yang positif, riset Atikha turut mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-11 dan 12 tentang keberlanjutan kota serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Atikha berharap risetnya dapat diterapkan pada area yang lebih luas dengan dinamika rantai pasok bahan makanan yang berbeda.
“Hasil riset ini bisa menjadi acuan dan masukan untuk membuat kebijakan dalam menekan produksi food waste oleh pihak terkait,” ungkapnya optimistis.