TPA Cipeucang satu-satunya tempat pemrosesan akhir sampah di Kota Tangerang Selatan. yang kapasitasnya sangat minim
Sejumlah warga, pegiat lingkungan, dan komunitas masyarakat menggelar unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota Tangerang Selatan, Kamis (18/12/2025). Aksi ini menjadi bentuk desakan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan agar segera melakukan pembenahan menyeluruh terhadap sistem pengelolaan sampah, terutama yang berdampak langsung pada warga di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Cipeucang.
Massa aksi berasal dari berbagai kelompok, antara lain Forum Peduli Serpong, Gerakan Peduli Tangsel, Prabu Peduli Lingkungan, Cipeucang Bergerak, serta warga yang selama ini terdampak langsung oleh aktivitas TPA Cipeucang. Mereka menilai persoalan sampah di Tangerang Selatan telah berlangsung terlalu lama tanpa penanganan serius dan berkelanjutan.

Para pengunjuk rasa menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang terintegrasi dari hulu ke hilir, sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam aksinya, warga menyampaikan sedikitnya 12 tuntutan kepada pemerintah kota. Salah satu tuntutan utama adalah agar sampah warga tidak lagi sekadar ditumpuk, melainkan dikelola secara sistematis dan ramah lingkungan.
Warga juga mendesak agar Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) diaktifkan kembali secara serius di seluruh wilayah Tangerang Selatan. Selain itu, mereka meminta keterlibatan perwakilan warga dalam Satuan Tugas (Satgas) Persampahan, serta perbaikan segera terhadap sistem pengelolaan TPA Cipeucang.
Sigit Priambodo, inisiator Cipeucang Bergerak, menyebut lambatnya respons pemerintah telah membuat warga sekitar TPA menjadi korban pencemaran lingkungan yang berdampak langsung pada kesehatan. Menurutnya, air lindi dari timbunan sampah telah mencemari tanah dan sumber air warga.
“Pencemaran lingkungan dan kerusakan karena air sampah atau air lindi sudah masuk ke tanah, sehingga sumur warga tidak bisa digunakan. Warga juga harus hidup dengan bau menyengat dan udara yang tidak sehat setiap hari,” kata Sigit di sela aksi.
Ia menilai perubahan sistem pengelolaan sampah menjadi kebutuhan mendesak. Bersama sejumlah aktivis lingkungan, Sigit menyerukan agar pengelolaan sampah dibenahi secara menyeluruh. “Tutup TPA selamanya dan benahi manajemen sampah dari hulu ke hilir,” ujarnya.
TPA Cipeucang merupakan satu-satunya tempat pemrosesan akhir sampah di Kota Tangerang Selatan. Selama bertahun-tahun, lokasi ini menampung sampah melebihi kapasitas ideal. Kondisi tersebut memicu beragam persoalan, mulai dari penumpukan sampah, pencemaran lingkungan, potensi banjir, hingga gangguan kesehatan bagi warga yang bermukim di sekitarnya.
Situasi ini dinilai bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yang menegaskan bahwa TPA seharusnya berfungsi sebagai tempat pemrosesan akhir, bukan sekadar lokasi pembuangan atau penimbunan sampah tanpa pengolahan.
Aksi unjuk rasa tersebut diakhiri dengan pertemuan antara perwakilan warga dan Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Pilar Saga Ichsan. Pilar menerima tuntutan tertulis dari warga dan berjanji akan menyampaikannya kepada Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, serta berkoordinasi dengan dinas terkait.
“Saya menyambut baik aspirasi masyarakat dan tentu akan menyampaikan aspirasi ini kepada Pak Wali Kota, serta berkoordinasi dengan dinas terkait. Mudah-mudahan dapat segera ditindaklanjuti,” ujar Pilar.
Warga berharap aksi damai ini menjadi titik awal perubahan kebijakan pengelolaan sampah di Tangerang Selatan ke arah yang lebih transparan, berkeadilan, dan berkelanjutan, dengan mengutamakan kesehatan, keselamatan, serta kualitas hidup masyarakat.
- Sampah numpuk, warga Tangsel desak perubahan Ssstem kelola TPA Cipeucang
- Mahasiswa Unismuh dorong gerakan kampus hijau dari ruang akademik hingga alam terbuka
- Papua bukan tanah kosong, PSN Tebu Merauke dianggap solusi palsu
- Temuan ikan endemik baru Sungai Mahakam dan ekosistem yang tak stabil
- Perempuan adat Simardangiang di garda depan perlindungan hutan adat
- Sama-sama pohon, tetapi fungsi sawit tak setara hutan alami
