Posted in

KEBUN KELAPA SAWIT PALING SEDIKIT MEMBUKA HUTAN

thumbnailJakarta – Dibandingkan ekspansi jenis industri perkebunan yang lain, kelapa sawit dianggap memiliki nilai paling kecil. Sehingga upaya pembatasan pembukaan kelapa sawit diragukan bisa mengurangi deforestasi hutan.

“Rata-rata tiap tahun jumlah konsumsi kelapa sawit terus naik sebanyak lima juta ton,” kata Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono, dalam perbincangan di Jakarta, Rabu (25/8).

Dengan kenaikan sebanyak itu diperkirakan 3 juta hektare lahan harus dibuka per lima tahun, untuk memenuhinya. Jumlah tersebut diklaim Joko lebih rendah bila dibandingkan dengan pembukaan lahan untuk perkebunan sun flower misalnya. Karena menurutnya, pembukaan lahan sun flower bisa mencapai 4 juta hektare per lima tahun. Sementara pembukaan lahan untuk crap seed lebih besar lagi, mencapai 15 juta hektare perlima tahun.

“Pembukaan kebun kelapa sawit memiliki nilai tujuh kali lebih hemat dalam hal penggunaan lahan,” imbuh Joko kemudian.

“Lalu kalau sawit di moratorium, apakah doforestasi akan kurang?” tanya Joko kemudian.

Sehingga menurut Joko, moratorium pembukaan lahan baru perkebunan kelapa sawit yang ada sekarang ini, harus ditinjau ulang lagi. Mengingat sawit juga menyumbangkan devisa yang besar bagi negara.  “Setidaknya Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Hutan Produksi Konversi (HPK) dapat tidak kena moratorium,” ujar Joko menawarkan solusi.

Sebelumnya kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sudah menghkhawatirkan masuknya HTI dan kebun sawit dalam mekanisme REDD, menurut Teguh Surya dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dapat dilihat dari definisi hutan yang digunakan dalam pembahasan UNFCCC yang mengadopsi definisi hutan ala Organisasi Pangan Dunia (FAO). Di mana di dalam pengertiannya, wilayah dengan penutupan vegetasi pohon lebih dari sepuluh persen dapat diklasifikasikan sebagai hutan. Sehingga perkebunan monokultur skala besar seperti perkebunan sawit dan HTI bisa dianggap hutan.

“Kan ini celaka, masa kebun sawit dan HTI masuk dalam REDD. Alasan mereka bahwa setelah menebangkan, mereka melakukan penanaman. Padahal gara-gara HTI dan kebun sawitlah hutan alam luluh lantak. Keputusan ini seperti ditunggangi perusahan,” ungkap Teguh Surya, ketika penyelenggaraan Konferensi Perubahan Iklim dilakukan di Copenhagen, tahun 2009 lalu.

Kekhawatiran yang sama juga diungkapkan oleh RahmatHidayat, Direktur Warsi Jambi. Menurutnya, masuknya HTI dan kebun sawit agar berpotensi alih fungsi lahan dari hutan ke perkebunan dan HTI akan semakin tinggi.(sps)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.