Raut muka Sunaring Kurniandaru, aktivis dari Yayasan Kutilang Indonesia terlihat begitu gembira. Setelah menunggu sekitar tujuh bulan, awal April lalu, tiga dari 50 nest box yang dipasang di pepohonan yang tumbuh di sekitar Candi Prambanan mulai digunakan sebagai ‘rumah baru’ oleh kawanan burung gelatik yang biasa membangun sarang di bangunan candi itu. Ada harapan, upaya konservasi terhadap jenis burung yang mulai terancam punah itu akan berhasil.
Siang itu, terlihat seekor gelatik sedang mengerami telur di dalam nest box yang di pasang di pohon randu yang tumbuh di selatan Candi Prambanan. Sesekali, kepalanya keluar dari lubang nest box, mungkin untuk mengetahui situasi di sekitarnya, aman atau tidak. Sementara itu, dua pasang gelatik lainnya tampak keluar masuk ke dalam dua nest box berbeda. Salah satu nest box itu sebelumnya sempat digunakan burung kerak kerbau (Javan myna/Acridotheres javanicus) untuk bertelur. Tampaknya mereka sedang melakukan observasi.
Masih di pohon yang sama, ada pasangan gelatik lainnya yang sedang membangun sarang di suatu lubang yang ada di batang pohon randu itu. Secara bergantian, gelatik jantan dan betina mengambil daun cemara kering untuk bahan membangun sarang. “Saya senang sekali,” ujar Sunaring setelah mengetahui kawanan gelatik yang hidup di kawasan Candi Prambanan mau menggunakan nest boxnya.
Semula ia sudah pesimis. Namun ia tetap berusaha keras memancing kawanan burung itu untuk singgah di rumah barunya. Salah satunya adalah dengan menempatkan bulir-bulir padi di sekitar nest box yang di pasang pada ketinggian lebih dari 15 meter itu.
Gelatik (Padda oryzivora) adalah salah satu spesies burung endemik Pulau Jawa yang terancam punah. Bulunya didominasi warna abu-abu metalik, bagian kepala dan ekor hitam, pipinya putih, paruhnya merah dan bulu perut berwarna sedikit merah. Kombinasi ini menjadikan gelatik sebagai burung yang menarik. Tidak heran jika banyak orang ingin memeliharanya.
Akibatnya gelatik yang berukuran kecil ini banyak diburu sehingga menyebabkan populasinya terus menurun. Penggemar gelatik ternyata tidak terbatas di Indonesia saja. Di Inggris, misalnya ada pula komunitas pecinta burung glatik, namanya Java Sparrow Society UK. Karena kecantikannya ini pula, sudah lama gelatik diintrodusir ke beberapa wilayah di luar Pulau Jawa. Gelatik juga ditemukan di Kepulauan Hawaii, Pulau Christmast dan Australia.
Selain diburu, dampak penggunaan pestisida di areal persawahan juga menjadi penyebab turunnya populasi gelatik di alam bebas. Di alam bebas, padi adalah makanan utama gelatik. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh gelatik menyebabkan cangkang telurnya mudah pecah.
Meskipun jumlah populasinya kian menurun, pemerintah Indonesia belum menetapkan gelatik sebagai satwa dilindungi. Namun secara international, gelatik sudah dilindungi. Red List Book dari International Union for the Conservation of Nature and natural Resources (IUCN) memasukannya dalam kategori vulnerable. Sedangkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) mencatatnya dalam appendix II, artinya perdagangan gelatik harus diawasi supaya tidak punah.
Di Yogyakarta sendiri, kawanan gelatik tinggal sekitar 200 ekor. Mereka dapat ditemukan di kawasan Hotel Melia Purosani di pusat kota Yogyakarta, di Panggang (Kabupaten Gunung Kidul) dan di Candi Prambanan yang terletak di perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Yogyakarta.
Mengapa Kutilang, sebuah NGO yang mempunyai perhatian terhadap pelestarian burung ini memilih memasang nest box di sekitar Candi Prambanan ? Sejak dari dulu, kawanan gelatik yang suka bersarang di sela-sela bebatuan Candi Prambanan itu dianggap sebagai salah satu faktor yang mengancam keutuhan batu candi. “Setelah bersenyawa dengan air hujan, kotoran gelatik yang menempel pada batuan candi akan merangsang tumbuhnya jamur yang membuat batuan candi menjadi cepat lapuk,” ujar Herjuno dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Unit Candi Prambanan.
Untuk menjaga kelestarian candi, maka BP3 Unit Candi Prambanan melakukan penyemprotan tiap 2 hingga 3 bulan sekali. Penyemprotan ini menyebabkan sarang-sarang burung gelatik menjadi berantakan. Akibatnya, populasinya menjadi sulit bertambah.
Dengan memasang nest box di pepohonan yang tumbuh di sekitar Candi Prambanan, Sunaring berharap kawanan gelatik itu tidak akan membuat sarang lagi di celah-celah batu bangunan Candi Prambanan. Minimal, pasangan gelatik yang membuat sarang di bangunan candi berkurang. Dengan demikian, konservasi Candi Prambanan dan spesies gelatik dapat berjalan seiring. “Kami menyambut positif pemasangan nest box ini,” tambah Herjuno.
Bersarang di ‘rumah baru’ juga membuat keamanan anakan gelatik lebih terjamin sebab mereka tidak dapat keluar sebelum mampu terbang. “Bila bersarang di celah bangunan candi, anak-anak gelatik itu kadang-kadang keluar dari sarang, jatuh dan mati,” ujar Sunaring seraya mengatakan kawanan gelatik itu biasa bersarang di bagian bangunan candi yang tingginya sekitar 20 meter.
Ke depan, jika populasi gelatik di Candi Prambanan dapat berkembang pesat, ada perburuan pun tidak menjadi persoalan “Tetapi dengan jumlah kuota tertentu,” tandas Sunaring, perempuan yang masih kuliah di Universitas Atma Jaya ini.
Hingga saat ini, perburuan terhadap gelatik yang hidup di kawasan Candi Prambanan masih terus terjadi. Selain untuk piaraan, gelatik juga digunakan masyarakat sekitar Candi Prambanan dan Klaten (Jawa tengah) sebagai pelengkap saat mengadakan upacara mitoni,suatu upacara khusus yang dilakukan masyarakat Jawa saat kandungan seorang ibu memasuki usia 7 bulan. Ada kepercayaan, si ibu yang tengah mengandung itu harus makan sepasang gelatik agar anaknya berwajah rupawan. Selain itu gelatik juga menjadi salah satu menu yang ada saat masyarakat jawa di sekitar Candi Prambanan dan Klaten mengadakan upacara nyewu. Ini adalah upacara selamatan untuk mendoakan orang yang telah meninggal seribu hari lalu.
Bagi pengelola Taman Wisata Candi Prambanan, jumlah populasi gelatik yang bertambah itu diharapkan dapat kian menarik wisatawan untuk melihat candi Hindu ini. “Kami berharap jumlah populasi gelatik yang bertambah dapat makin menambah daya tarik Candi Prambanan,” ujar Wahono dari seksi Aneka Usaha, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, pengelola taman wisata Candi Prambanan. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampui, begitu pepatah mengatakan.
Ke depan para wisatawan selain menikmati keindahan Candi Prambanan, mereka juga dapat menikmati keindahan burung gelatik yang sudah langka itu dengan segala aktivitasnya di sekitar Candi Prmabanan. Dengan adanya ‘rumah baru’ untuk kawanan gelatik itu, wisata di Candi Prambanan kian menyenangkan.