Posted in

CBD X MENUJU DOKUMEN KEPUTUSAN

thumbnailJakarta – Proses negosiasi antar negara peserta yang ikut terlibat dalam Conference of the Parties (COP) ke-10 Convention on Biological Diversity (CBD), di Nagoya, Jepang, masih terus berlangsung. Kini, perundingan dalam konvensi internasional mengenai keanekaragaman hayati itu mulai memasuki tahapan yang menentukan, yakni pembahasan mengenai dokumen keputusan resmi, yang akan mulai dibahas pada Senin (25/10/2010).

“Perundingan berjalan cepat untuk isu-isu tematik dan Cross Cutting serta hampir seluruhnya sudah mencapai level dokumen CRP (Conference Room Pilot – red.) yang akan dibahas dalam rapat pleno Working Group pada Senin (25/10/2010). Namun, isu Akses dan Benefit Sharing (ABS), Strategic Planning, Financial Resources, serta Marine and Coastal Biodiversity and Biofuel, masih dalam taraf negosiasi tingkat Contact Group dan sudah berjalan selama beberapa hari,” jelas anggota Delegasi Republik Indonesia (DELRI), Teguh Triono, Minggu (24/10/2010).

Dokumen CRP, sambungnya, memang belum disepakati karena baru akan mulai dibahas pada Senin (25/10/2010). Dokumen CRP itu diharapkan dapat menjadi dokumen keputusan COP-10 CBD. Sejauh ini, isi perjanjian yang sudah dinegosiasikan adalah yang menyangkut konservasi dan Sustainable Use. Isi perjanjian itu pun secara umum menguntungkan bagi negara-negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, terutama dari sisi Capacity Building dan Financial Resources.

“Isu konservasi dan Sustainability boleh dikatakan selesai, serta hanya menyisakan sedikit pembahasan untuk Marine and Coastal Biodiversity. Isu implementasi CBD pun masih berjalan, karena ada sedikit perbedaan persepsi dalam Target Post 2010 dan Financial Support. Sedangkan isu ABS masih berjalan dengan lambat, namun tampaknya masih bisa tercapai beberapa kesepakatan,” lanjutnya.

Anggota DELRI yang terlibat dalam negosiasi mengenai keanekaragaman hayati laut dan pesisir, Abdul Halim, Minggu (24/10/2010), juga menyetujui bahwa pembahasan mengenai Marine and Coastal Biodiversity memang belum tuntas. Padahal, beberapa hari yang lalu perdebatan mengenai masalah itu sudah menemukan kompromi, terutama disepakatinya fokus COP-10 CBD kepada konservasi keanekaragaman hayati di dalam wilayah kewenangan nasional (within national jurisdiction).

“Masih ada satu isu lagi yang sedang ‘deadlock’ dari Marine and Coastal Biodiversity, yakni isu mengenai inventarisasi dan penyimpanan berbagai hasil uji ilmiah dari identifikasi wilayah-wilayah yang secara ekologi dan biologis sangat penting (Ecologically or Biologically Significant Marine Areas/EBSAs) terkait konservasi keanekaragaman hayati yang berada di luar wilayah kewenangan nasional (beyond national jurisdiction),” lanjutnya.

Sekali lagi, tambahnya, delegasi Indonesia, Australia, dan Brazil berpendapat bahwa kerangka kerja yang ada sekarang tidak dapat dipergunakan. Sementara itu, delegasi dari Uni Eropa tetap ‘ngotot’ untuk menggunakan kerangka kerja yang sudah ada sebagai basis untuk negosiasi selanjutnya. Karena ‘kedua belah pihak’ tidak sependapat, maka terjadi ‘deadlock’ dan pertemuan akan dilanjutkan lagi pada Senin (25/10/2010).

Perundingan dalam konvensi itu dijadwalkan akan terus berlangsung hingga Jumat (29/10/2010) mendatang. Delegasi Indonesia sendiri telah berperan cukup aktif untuk terlibat dalam isu-isu kunci maupun dalam negosiasi di tingkat Contact Group dan Small Group. Sejauh ini, kerja sama antar anggota delegasi yang terdiri dari berbagai kementerian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dinilai cukup solid.(prihandoko)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.