Jakarta – Pernyataan Direktur Umum Perusahaan Listrik Negara (PT PLN Persero), Dahlan Iskan, agar Greenpeace tidak hanya angkat bicara mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia saja, tapi juga harus di seluruh dunia, menunjukan pejabat tersebut tidak memperbaharui informasi mengenai gerakan Greenpeace dalam upaya menolak PLTU di seluruh dunia.
“Sebaiknya pejabat terkait harus rajin browsing internet. Di dunia internasional kampanye kami lebih ekstrem lagi, atau bisa lihat di web kami” ujar juru kampanye media Greenpecae Asia Tenggara, Hikmat Soeriawirawan pada SIEJ, Kamis (21/10/2010) di Jakarta.
Dikatakan Hikmat, untuk dunia internasional kampanye Greenpeace terkait PLTU sudah dibuktikan semenjak tahun 2009 yang lalu. Bahkan tahun 2010 ini Greenpeace telah berhasil menghentikan pembangunan lima buah PLTU di Inggris. Selain itu Greenpeace juga berhasil menghentikan pembangunan sebuah PLTU di Israel.
“Kami telah gagalkan pembangunan lima buah PLTU di Inggris dan satu PLTU di Israel. Yang di Israel persis satu minggu setelah kapal bantuan untuk Palestina ditembaki oleh tentara Israel,” ujarnya.
Sebelumnya Greenpeace mendesak pemerintah Indonesia membatalkan pembangunan PLTU. Desakan itu disampaikan bersamaan dengan peluncuran laporan “Batubara mematikan: Biaya tinggi untuk batubara murah, bagaimana rakyat Indonesia membayar mahal untuk bahanbakar terkotor di dunia.”
Bersamaan dengan peluncuran laporan tersebut, para nelayan dari desa Waruwudur bersama dengan para aktivis Greenpeace melumuri diri mereka dengan debu ‘batubara’, membentangkan spanduk bertuliskan ‘batubara mematikan’ di atas perahu-perahu nelayan di depan PLTU bertenaga batubara di Cirebon.
“Polusi udara dari pembakaran batubara merusak mata pencaharian, menurunkan panen dan memberi dampak buruk pada tangkapan ikan dan secara perlahan membunuh masyarakat. Batubara adalah kutukan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar tambang batubara dan di bawah bayang-bayang PLTU bertenaga batubara. Membakar batubara juga mempercepat perubahan iklim yang akan berdampak pada masyarakat seluruh negeri. Indonesia adalah termasuk negara yang paling rentan dan yang paling tidak siap dalam menghadapi perubahan iklim,” kata Arif Fiyanto, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara.
Indonesia saat ini merupakan negara produsen batubara terbesar kelima di dunia dan merupakan eksportir batubara kedua terbesar di dunia. Greenpeace menyebutkan, bukti-bukti kuat akibat serius dari penggunaan batubara jelas terlihat pada provinsi-provinsi penghasil batubara di Indonesia.
Saat ini, Indonesia berencana untuk meningkatkan pembangkitan listrik dari batubara sebesar 34,4% pada tahun 2025. Rencana ini adalah bagian dari usaha mengurangi penggunaan minyak bumi dan bergeser ke batubara dan gas, dengan target 10.000 MW dari batubara. (teddy setiawan)