Posted in

AGENDA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DIBAHAS DI SOLO MEETING

thumbnailSolo, BERLING-Indonesia kembali dipercaya menjadi tuan rumah pertemuan internasional, kali ini Solo dipilih menjadi  tempat penyelenggaraan High Level Dialogue on The Institutional Framework for Sustainable Development (HLD IFSD), yang selanjutnya disebut Solo Meeting. Hasil dari dialog diharapkan akan memberikan kontribusi untuk persiapan Konferensi Rio+20.
Acara ini diselenggarakan secara bersama-sama oleh Sekretariat Jenderal UNCSD selaku penyelenggara Rio+20 dan Pemerintah Republik Indonesia yang dalam hal ini adalah Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dengan dukungan dari Kementerian Luar Negeri. Hasil dari dialog diharapkan akan memberikan kontribusi untuk persiapan Konferensi Rio+20.

Pagi ini, Menteri Negara Lingkungan Hidup akan membuka secara resmi di Lor In Hotel Solo, Jawa Tengah pada  pukul 09.00 WIB. “Tujuan dari dialog ini adalah untuk menggali masukan dari peserta dalam pengembangan, reformasi atau revitalisasi perumusan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan. Hasilnya akan menjadi kontribusi bagi proses Rio+20,”kata Drs Rasio Roy Sani, M.Com, MPM, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Lingkungan Hidup.

Dialog tingkat tinggi ini akan dihadiri oleh para pengambil keputusan, pejabat-pejabat PBB, wakil-wakil dari berbagai organisasi regional dan internasional dengan portofolio dalam pembangunan berkelanjutan. Selain itu perwakilan masyarakat sipil, peneliti dan ahli-ahli untuk pertukaran ide. Hingga berita ini ditulis, berdasarkan informasi panitia, telah terdaftar 250 peserta yang berasal dari 80 negara, 10 Badan PBB, 21 Major Groups dan 17 NGO.

Dana A. Kartakusuma, Staf Ahli MENLH Bidang Perekonomian dan Pembangunan Berkelanjutan, mengatakan, Solo Meeting ini merupakan titik penting untuk mendorong kelembagaan lingkungan yang lebih efektif. Ini merupakan inisiatif Indonesia dan UNDESA (United Nations Departement of Economic and Social Affairs). Melalui inisiatif ini diharapkan proses reformasi pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup di tingkat global akan dimulai. “Pentingnya diskusi ini bagi Indonesia adalah akan merevitalisasi upaya penyelenggaraan pembangunan berkelanjutan tidak hanya di tingkat global tapi juga di tingkat nasional dan lokal,”jelas Dana.  Dana juga menambahkan, “Solo Meeting ini merupakan tonggak sejarah bagi proses pengembangan kelembagaan pembangunan berkelanjutan demi kelangsungan kehidupan manusia”.

Solo Meeting ini akan fokus pada isu yang berkaitan dengan kerangka kerja kelembagaan untuk pembangunan berkelanjutan untuk mempertimbangkan opsi reformasi kelembagaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk sektor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya, yang meliputi penguatan kerangka kelembagaan internasional untuk pembangunan berkelanjutan. Fokus pada penciptaan sebuah organisasi payung baru untuk pembangunan berkelanjutan, penguatan UNEP (United Nations Environment Programme) dan peningkatan kerangka kerja internasional dan regional untuk pembangunan berkelanjutan. Pilihan lainnya yang tersedia antara lain melalui peningkatan kerjasama antar-lembaga dengan opsi-opsi yang terkandung dalam hasil Nairobi-Helsinki.

Pertemuan ini juga untuk memastikan sistem PBB, institusi Bretton Woods dan lembaga-lembaga internasional dan regional kunci bertindak dengan cara yang koheren dan terkoordinasi untuk mendukung pengambilan keputusan terkait pembangunan berkelanjutan dan pelaksanaan di tingkat nasional dan lokal, dengan fokus khusus pada negara-negara berkembang. Penguatan tata kelola pembangunan berkelanjutan di tingkat nasional dan sub-nasional, membangun pengalaman sukses sejak Rio 1992, misalnya dengan strategi nasional pembangunan berkelanjutan, dewan nasional pembangunan berkelanjutan, mekanisme koordinasi lintas sektoral lainnya, dan pengembangan Agenda 21 lokal dan pelaksanaannya.

Hasil dari dialog tingkat tinggi menurut Roy Sani, akan dirangkum dalam sebuah laporan yang disiapkan oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan dari Sekretariat UNCSD (United Nations Conference for Sustainable Development). Dokumen ini akan berfungsi sebagai masukan untuk penyusunan teks kompilasi untuk diskusi pada pertemuan intra 2 untuk Rio+20 di bulan Desember 2011.(Marwan Azis).

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.