Dalam rangka memperingati hari air sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret, pada Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mempublikasikan hasil pemantauan kualitas air sungai seluruh Indonesia. Dari pemantauan yang dilakukan di 57 sungai yang ada di 33 provinsi, disimpulkan bahwa 80% sungai tercemar berat, ringan maupun sedang. Hasil ini lebih buruk dibanding persentase pencemaran tahun 2012 yang berada di angka 75,2%.

“Dalam pelaksanaannya, KLH menggunakan 20 parameter yang diukur merujuk pada PP No 82/2001. Kualitas air sungai sebagian besar provinsi memiliki nilai kandungan organik melebihi baku mutu, dengan BOD (Biological Oxygen Demand) sebesar 25 mg/l,” ujar Deputi VII KLH, Henri Bastaman dalam publikasinya di Jakarta (25/3). Pemantauan tingkat pencemaran air yang rutin dilakukan KLH dengan dukungan laboratorium terakreditasi sejak tahun 2008 ini dievaluasi menggunakan metode Storet, yang membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status air.

Henri menerangkan bahwa di tiap sungai terdapat enam titik sampling, serta diukur secara berkala lima kali dalam setahun. Ia memberi contoh sungai yang berada di lingkungan padat penduduk, seperti Ciliwung, Cisadane dan Musi cenderung tercemar oleh limbah domestik rumah tangga. Sedangkan sungai yang berdekatan dengan kawasan industri, seperti Sungai Citarum di Jawa Barat, Krueng Tamiang di Aceh dan Sungai Fly yang terletak di Provinsi Papua tercemar oleh limbah non domestik.

Raymond Valiant, Direktur Teknik Perum Jasa Tirta I turut memperkuat laporan pencemaran ini. Raymond mengambil contoh pencemaran yang terjadi di Kali Brantas, Jawa Timur. Di sungai sepanjang 320 km yang menjadi sumber air bagi 16 juta jiwa ini menghasilkan 330 ton limbah per hari. 62% dari limbah tersebut berasal dari sektor domestik, sedangkan sisanya dihasilkan dari buangan sisa industri.

Sementara itu, pada pidato sambutan Rapat Kerja Teknis Pemantauan Kualitas Air (PKA) yang berlangsung di Bengkulu 24-26 Maret, Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya mengajak segenap pihak terkait untuk aktif melakukan tindakan nyata dalam pengendalian pencemaran sungai ini. “Upaya yang telah kita lakukan bersama walaupun belum secara signifikan meningkatkan kualitas air, namun setidaknya kita berhasil menahan dan bahkan mengurangi laju beban pencemarannya. Hal ini patut kita hargai bersama namun tentu belum saatnya berpuas diri,” tegas Balthasar. Azhari Fauzi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.