Jakarta, Ekuatorial – Kebakaran hutan dan lahan terus terjadi di Indonesia. Menurut pantauan satelit Terra, tercatat sedikitnya 563 titik api yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Kalimantan dan Riau.

Arief Yuwono, Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengatakan perlu pemantauan langsung di lapangan untuk mengetahui secara pasti penyebab kebakaran hutan. Oleh karena itu ia berniat melihat sendiri kondisi dilapangan, Jumat (12/9).

“Saat ini kondisi kekeringan sudah terasa di berbagai wilayah Indonesia, hal itu bisa saja menjadi penyebab kebakaran hutan yang terjadi,” tambahnya.

Namun ia juga mengatakan bahwa faktor manusia juga sangat bisa menyebabkan kebakaran hutan. Kita lihat nanti di lapangan apakah dugaan utamanya memang dibakar atau yang lain.

Dari data yang dimiliki, tercatat ada sembilan provinsi yang berpotensi besar mengalami kebakaran hutan karena faktor kekeringan, yaitu Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Arief juga mengatakan bahwa dampak kerugian ekologis tidak dapat dinilai. “Dampak secara ekonomi sudah jelas, namun untuk dampak ekologis nilainya akan sangat besar karena kerusakan tidak dapat mudah dikembalikan seperti semula,” tambahnya.

Sementara itu Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membenarkan kondisi kekeringan yang di alami beberapa daerah di Indonesia.

“Kemarau mulai bulan Agustus lalu telah menyebabkan kekeringan di berbagai wilayah di Indonesia,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa risiko kekurangan air bersih akibat kekeringan serta terjadinya kebakaran hutan akan meningkat akibat kondisi kemarau. Berdasarkan data, wilayah paling rentan kebakaran adalah lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan.

“Kemarau tahun ini datangnya telat, BMKG memprediksi kemarau akan singkat dan pada Oktober mendatang sudah musim hujan,” Edvin.

Namun ia mengatakan bahwa kekeringan yang terjadi saat ini bukan karena adanya pengaruh dari adanya El Nino. BMKG sebelumnya telah mengatakan bahwa El Nino akan terjadi sekitar agustus tahun ini. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda signifikan yang direkam oleh BMKG menyatakan petanda kedatangan El Nino. Yanuar Hakam
[:]

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.