Jakarta, Ekuatorial – Presiden Joko Widodo akan melepasliarkan dua pasang Owa Jawa (Hylobates moloch) sehubungan dengan Konferensi Asia Afrika 2015 di Bandung, Jawa Timur, kata seorang pejabat di Jakarta, Selasa (21/5).

Kedua pasang tersebut adalah Robin (jantan) – Moni (betina) dan Moli (jantan) – Nancy (betina), akhirnya dipelasliarkan ke habitat asli mereka setelah menghabiskan tujuh sampai 11 tahun di pusat rehabilitasi yang dikelola oleh Javan Gibbon Center, di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Mereka akan dilepaskan dalam di Gunung Puntang, kawasan hutan lindung Malabar, Bandung , Jawa Barat , yang berada di bawah pengelolaan Regional III Divisi Perum Perhutani, Perusahaan Perkebunan Negara, pada Jumat ( 24/5).

“Ini adalah usaha kami untuk melindungi hutan karena Owa Jawa dianggap sebagai indikator bagi kesehatan hutan lindung . Jika populasi Owa Jawa menurun, ini berarti bahwa hutan rusak,” kata Mustoha Iskandar, direktur Perum Perhutani.

Lebih lanjut, Iskandar mengatakan itu merupakan pelepasliaran yang ketiga di Gunung Puntang yang dinilai masih ideal untuk kera kecil. Sepasang Owa Jawa dilepasliarkan pada 15 Juni 2013 diikuti oleh satu keluarga, terdiri dari empat ekor, pada tanggal 27 Maret 2014.

Noviar Andayani, ketua Yayasan Owa Jawa, mengatakan bahwa penyaluran Owa Jawa untuk endemik Jawa Barat yang merupakan tipe hutan basah yang layak untuk owa agar dapat berkeliling dan mencari makanan.

Owa membutuhkan kanopi pohon tertutup untuk bergerak. Jadi, jika tidak ada pohon, mereka tidak akan bertahan,” kata Adayani menambahkan bahwa owa diburu untuk domestikasi.

Survei tahun 2010 mencatat terdapat 2,140 sampai 5,310 ekor di Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun Salak, Ujung Kulon, Gunung Simpang dan Cagar Alam Gunung Tilu.

Kondisi ini kemudian mendorong badan konservasi dunia, IUCN SSC kelompok spesialis primata kera kecil, untuk menyatakan tahun 2015 sebagai “Tahun Owa”. Sayangnya, dorongan ini masih jauh dari memberikan hasil yang signifikan.

Bambang Dahono Adji, direktur Wilayah Konservasi dan Perlindungan Hutan, Kementerian Lingkungan dan Kehutanan, mengatakan bahwa Indonesia hanya berhasil meningkatkan 2 persen populasi owa.

Sementara, pada dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2009-2014, kami menargetkan untuk meningkatkan hingga 3 persen namun gagal,” kata Adji menambahkan habitat owa yang sedang terancam oleh penebangan dan perambahan.

Namun, dia mengatakan bahwa 2014-2019 RPJMN malah menargetkan untuk meningkatkan 10 persen dari populasi owa.

Andayani mengatakan bahwa salah satu alasan penurunan owa adalah domestikasi. Jika kita mengambil satu owa, itu akan membunuh setidaknya tiga owa lainnya. Sebagai contoh, jika kita ambil bayinya, induknya akan mati karena terpisah dari bayinya. Lalu, jantannya akan mati patah hati. Oleh karena itu, saudara-saudara yang lain akan mati karena kehilangan orang tuanya. Itulah sebabnya jumlah mereka akan menurun dengan cepat,” dia menjelaskan bahwa sekali owa berpasangan, mereka akan tetap berpasangan sampai mati.

Sejak tahun 2003, Javan Gibbon Center menerima 30 owa yang disita dari orang. Fidelis E. Satriastanti

Berita Terkait :
Owa Jawa Cerminan Konservasi Satwa Langka
Sekeluarga Owa Jawa Dilepaskan di Gunung Puntang
Pelepasiaran Dua Owa Jawa untuk Lestarikan Habitat Satwa Terancam Punah

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.